Sabtu, 31 Desember 2016

Sahabat - Bagian 3

Bagian 3



"Emangnya ada apa sih?" tanya Radit

"Bukannya ruangan itu tidak terawat dan dikunci, pasti bagian dalam tidak terawat. Ketika kau membersihkan jendela dari luar, bukannya orang sering membersihkan jendela biasanya. Berarti debu itu dari dalam. Lah, kenapa bisa bersih jika kamu membersihkannya dari luar?" kata Hafidh

"Bener juga. Sepertinya kamu berbakat jadi detektif, Fidh. Tunggu dulu, berarti..." kata Radit

"Hantu..." kata Hafidh dan Radit sambil langsung berlari

Juli 2014

2 tahun setelah kejadian itu, sudah kelas 3 mereka, namun bukannya lebih baik, keadaan makin buruk

Kebandelan murid-murid bandel sungguh sangat mengganggu ketenangan kelas

Seandainya Hafidh dapat menegur, tapi alangkah kasiannya dia bukan Ketua Kelas.

Hafidh pun keluar dari kelas sebentar, sepertinya ke toilet, kemudian Radit mengikuti

Ruangan toilet terbagi dari 2 bagian, toilet dan tempat cuci tangan

Hafidh ke toilet hanya untuk mencuci tangan dan membasuh kepalanya

"Kelas macam apa ini" kata Hafidh kepada dirinya sendiri

Hafidh mengeringkan kepalanya sebentar, kemudian keluar. Dia tidak sadar Radit sejak tadi mengikutinya

Ketika dia baru saja duduk, guru pun datang

"Alhamdulillah" katanya dalam hati

"Uhuk Uhuk" kata guru

"Karena saya sedang sakit-sakitan, kita tidak belajar hari ini" lanjut guru sambil meletakkan kepalanya ke meja guru

"Hore" kata murid

"Yang benar saja" kata Hafidh

Hafidh pun menopang dagunya, tanda bahwa dia mulai merasa bosan

"Apakah kau tidak apa-apa?" tanya Radit

"Ya" kata Hafidh dengan suara bosannya

Ya, walau Hafidh bukan ketua kelas, tapi Radit lah ketuanya

"Hei semuanya, guru sedang sakit kan?. Jangan terlalu ribut, atau kalian kusuruh membersihkan kelas ini!" teriak Radit di tengah keributan

Kelas pun langsung sunyi, hanya terdengar bisik-bisik

"Yakin tidak apa-apa?" tanya Radit dengan suara pelan kepada Hafidh

"Iya, tidak apa-apa" kata Hafidh

Radit pun ikut cemberut, kemudian dia teringat kejadian 2 tahun yang lalu di sekolah ini

Radit pun ingin keluar, dia mendekati guru dan berkata "Saya izin keluar sebentar"

"Baiklah" kata guru dengan suara lesu

"Aku ingin keluar sebentar, tapi jangan berani-berani menggaduhkan suasana kelas. Fidh!, nanti kalau ribut beritahu aku" kata Radit sambil keluar dari kelas

"Dimana gudang itu?" kata Radit

Dia mencari gudang, ternyata masih ada, di seberang toilet

"Waduh, harus menyeberang lagi, entar dikira gurunya gak ada lagi kalau terlihat di tengah lapangan" kata Radit

"Gak usah aja lah" lanjut Radit

Dia pun kembali ke kelas

Bersambung

br /

Jumat, 30 Desember 2016

Berita Tentang Blog Ini

Hari ini saya hanya memberitahu bahwa saya akan merombak (baca: merubah keseluruhan) penjadwalan cerita yang akan datang

Seperti yang kalian tau (mungkin), menurut penjadwalan, saya post setiap hari

Mulai senin, saya tidak lagi post setiap hari, dan 1 hari 1 episode, tapi 2 cerita (pasti tidak paham)

Terimakasih atas perhatiannya, dan baca terus, serta sesekali ngebantu ngeklik iklan

Saya juga pengen pulsa :v

Rabu, 28 Desember 2016

Semakin - Season 3 - Episode 8

Episode 8



Sesampainya di sekolah

"Sekolah ini ditutup"

Tertulis di kertas yang ditempelkan di gerbang yang tertutup

"Apa?" kata Iwan

"Aku lebih baik menanya orang disekitar" lanjut Iwan



Iwan pun mulai menanya orang disekitar, akhirnya, semua orang berkata, sekolah ini benar-benar ditutup



"Pulang saja lah" kata Iwan



"Assalamu Alaikum" kata Iwan sambil memasuki rumahnya

"Wah, kok pulang" kata ibunya yang baru saja selesai berseragam untuk bekerja

"Iya nih bu, sekolahnya ditutup" kata Iwan



Ibu Iwan pun mengingat sesuatu



"Astaghfirullahal Azhim, ibu lupa memberitahu dirimu tentang itu, padahal kemarin ada laporan tentang berita itu" kata Ibu Iwan

"Apa beritanya" kata Iwan

"Ya, sekolah itu ditutup" kata Ibu Iwan



"Ah sudahlah, mungkin sudah takdir ku, tidak bisa bersekolah" kata Iwan

Tiba-tiba muncul dari kamarnya, si Remaja

"Tapi kau tetap bisa belajar, nanti ku ajarkan beberapa" kata si Remaja

"Terima kasih, ngomong-ngomong, kamu selalu datang tepat waktu" kata Iwan

"Hehe" kata si Remaja

--

Iwan sudah ganti baju, dia pun mulai belajar bersama si Remaja di Kamarnya

si Remaja mengajarkan apa yang dia bisa kepada Iwan

Tiba-tiba, Azmi dan Dinda masuk juga

"Ngapain bro?" tanya Azmi pada si Remaja

"Ini, ngajarin dia, sekolahnya sih ditutup" kata si Remaja

"Apa?. Sekolahnya ditutup?" kata Dinda

"Iya" kata Iwan

"Itu hanya kebohongan Wan, cepat pergi ke sekolah lagi sebelum terlambat" kata Dinda

Iwan ganti baju lagi, dia cepat-cepat pergi ke sekolah, sesampainya di sekolah

Sekolah terbuka, gerbangnya terbuka

Iwan hampir saja ketinggalan upacara, untung saja upacaranya baru mulai

"Kok bisa ya" tanya Iwan pada dirinya sendiri

"Padahal jelas-jelas ada tulisan ditutup" kata Iwan pada dirinya sendiri



"Itu memang sengaja, agar tidak ada yang mau masuk" kata teman Iwan

"Yang benar saja?" kata Iwan

"Iya" kata teman Iwan



"Tapi perasaan cuman beberapa menit dari setengah tujuh pagi, kok bisa terbuka, padahal aku tadi kesini, masih ditutup" kata Iwan

"Apa?. Aku dari tadi pagi sudah disini" kata teman Iwan

"Hmm.. Ada keanehan"

Portal, Lemari Menyilaukan tapi dapat menyembunyikan dua orang......

"Aha, aku tahu kenapa bisa seperti itu" kata Iwan

Upacara belum mulai, Iwan pun mencek pagar

"Apa ini?" kata Iwan sambil memegang pagar yang dilapisi oleh kertas

Iwan pun menutup sebelah gerbang itu, ternyata persis seperti separuh apa yang dia lihat lebih awal tadi

"Ternyata hanya trik" kata Iwan

Upacara mau mulai, Iwan pun langsung berlari ke barisan

Bersambung

Selasa, 27 Desember 2016

Semakin - Season 3 - Episode 7

Episode 7



Mereka pun memasuki portal

"Hah, kembali ke rumahku lagi?" kata Iwan

"Emang disini?" lanjut Iwan

"Lah, bukannya kamarmu kotor tadi?" kata Azmi

"Hooh" kata Iwan

"Kenapa sekarang bersih?" kata Azmi

"Aku juga tidak tau" kata Iwan

"Dia disini" kata Azmi

Kemudian Iwan duduk di ranjangnya karena kecapaian

Azmi menggeser lemari hingga menutup portal

"Bukannya gelap, malah silau bro" kata Iwan

Azmi menghiraukannya, dia membuka pintu lemari dan

"Kak Dinda?" kata Iwan

"Bagaimana mungkin kamu ada disini?" tanya si Remaja

"Padahal aku baru saja bersembunyi di belakang lemari, tidak sadar aku ada dia" kata si Remaja

"Hanya sedikit trik" kata Dinda

"Yang pastinya, aku berterima kasih kepada orang tua Iwan karena telah mau bekerja sama untuk........"

"Ulang Tahunmu" kata orang tua Iwan sambil memasuki kamar Iwan dan membawa nasi putih

"Untuk tidak mengikuti tradisi orang lain, kita syukuran aja" kata Ayah Iwan

30 Menit Kemudian

"Kenapa kamu gak mengangkat teleponku, aku sangat khawatir" kata si Remaja kepada Dinda

"Sorry, beberapa hari ini, hp ku memang agak error, ini pun diperbaiki ayahnya Iwan" kata Dinda

"Terus, suara siapa yang mengancam membunuhmu itu?" kata si Remaja

"Itu aku" kata ayahnya Iwan

"Ayah!" kata Iwan

"Jangan salahkan ayah" kata Ayah Iwan

"Maaf itu salahku menyuruh beliau" kata Dinda

"Hadeh, kalian ini" kata si Remaja

Mereka pun makan

Beberapa menit kemudian

"Kami pulang dulu ya" kata si Remaja dan Azmi

"Baiklah" kata orang tua Iwan

"Yuk" kata si Remaja kepada Dinda

"Maaf tidak membatu membersihkan" kata Dinda

"Ya, tidak apa-apa" kata Ibu Iwan

"Huh" kata Iwan

"Aku perlu istirahat" lanjut Iwan

Iwan pun berbaring di kasurnya dan langsung tertidur

"Hedeh, Iwan Iwan" kata Ibu Iwan

Orang tua Iwan pun keluar kamar setelah membersihkan kamarnya itu



"Hoahm, ngantuk juga" kata ayahnya Iwan

"Lebih baik kita tidur saja" kata Ibu Iwan

Dan mereka pun tertidur dengan nyenyak, hingga pagi hari



"Hoahm" Iwan bangun dengan menguap

Iwan pun pergi ke kamar mandi untuk mandi tentunya

Beberapa Menit Kemudian

"Mandi di pagi hari sungguh menyegarkan" kata Iwan

"Oh ya, sekarang jam berapa ya" tanya Iwan pada dirinya sendiri

Dia pergi ke ruang tamu sebentar untuk melihat jam, ternyata sudah jam 6

"Astaghfirullahal Azhim, aku perlu membayar Subuh-ku" kata Iwan

Dia pun terpaksa shalat subuh dengan meng-qada



Kemudian setelah itu, dia bersiap-siap, untuk pergi ke sekolah

"Apakah sekarang tidak terlalu awal" kata Iwan

"Lebih baik pergi saja" kata Iwan

Bersambung

Senin, 26 Desember 2016

Semakin - Season 3 - Episode 6

Episode 6



"Aduh, punggungku" kata Nawi

"Apakah kau tidak apa-apa" kata Iwan

"Ya, aku tidak apa-apa" kata Nawi dengan suara keras sambil meninggalkan ayahnya dengan jalan yang tertatih-tatih menuju portal

--

"Aku sungguh tidak percaya anak kecil sudah punya anak" kata Azmi, bicara kepada si Remaja

"Mungkin bro, dengan portal ini yang dari masa depan bisa kemasa lalu" kata si Remaja

"Entahlah, aku masih bingung" kata teman si remaja

--

Tok Tok Tok

"Assalamu Alaikum" teriak orang tua Iwan dari luar

Iwan pun berlari dari kamarnya menuju pintu

"Wa Alaikumus Salam" kata Iwan sambil membuka pintu

"Tidak biasanya kalian se-awal ini pulang bekerja" lanjut Iwan

"Hari ini kami diberi keringanan oleh Bos" kata Ayah Iwan

"Oh ya, berita bagus apa yang ada hari ini" kata Iwan

"Sebenarnya tidak bagus sih, ada penculikan seorang gadis, nah fotonya" kata Ibu Iwan

"Bukankah ini Kak Dinda, pacarnya aku versi remaja itu" kata Iwan

Ya, kami memberi nama kepada tokoh lagi


"Ibu tidak tau"

"Ayah juga"

Aku harus melaporkan ini kepada diriku yang remaja

Iwan kembali pergi ke kamarnya

Ternyata yang tadi kamarnya sungguh kotor akibat perkelahian kecil tadi, sekarang sudah rapi

"Siapa pun yang membersihkan ini, aku berterima kasih" kata Iwan sambil memasuki portal

--

"Eh, ada Iwan" kata Azmi

"Ada apa" kata si Remaja

"Ini, aku dapat berita, pacarmu diculik" kata Iwan

"Apa?" kata si Remaja dan Azmi serentak

"Pantesan dia tidak menjawab telepon ku dan membalas SMS ku selama beberapa hari ini" kata si Remaja

Si Remaja pun mencoba menelepon pacarnya lagi

---

Kring Kring

Hp Dinda berbunyi bergetar, kemudian ada seseorang mengangkat telepon itu

---

"Dia mengangkatnya" kata si Remaja

"Halo" kata si remaja sambil mengaktifkan loudspeaker

---

"Bayar 50 Juta, atau orang ini akan kubunuh" kata orang itu

Orang itu menyerahkan teleponnya kepada Dinda

"Tolong Aku" kata Dinda

---

"Dinda!, dimana kamu sekarang" tanya si Remaja

---

"Aku tidak tau aku dimana, yang pastinya disini silau" kata Dinda

---

"Silau?" kata Azmi sambil mendongakkan kepalanya sebentar

"Aku tau itu dimana" kata Azmi dengan suara sedikit keras

---

"Jangan berani-berani kesini, tanpa uang tebusan, atau akan kubunuh orang ini" kata orang itu sambil menarik telepon dari tangan Dinda

---

"Dinda?" kata si Remaja

Telepon pun tertutup

"Maaf, itu salahku bersuara agak keras tadi" kata Azmi

"Tidak apa-apa, yang penting kamu tahu dimana tempatnya. Sekarang, bawa kami kesana" kata Iwan

"Tidak perlu jauh-jauh, kamu hanya harus masuk portal" kata Azmi

Bersambung

Sabtu, 24 Desember 2016

Sahabat - Bagian 2

Bagian 2



"Silahkan masuk" lanjut Hafidh

"Siapa itu" tanya Ibu Hafidh

"Teman sekelas, bu" kata Radit

"Bukan lagi sekelas, sebangku, Ibu Hafidh, hehe" kata Radit



"Tumben belum ganti baju" kata Radit

"Iya nih, kecapaian" kata Hafidh

"Lah, kenapa kecapaian, bukannya tadi sebentar saja di sekolah?" kata Radit

"Panas bro" kata Hafidh

"Bener juga" kata Radit

"Kita ke teras aja" kata Hafidh

"Oke" kata Radit

"Silahkan duluan, aku ganti baju dulu" kata Hafidh

"Oke" kata Radit

Radit pun menunggu di teras, sementara Hafidh ganti baju

Beberapa saat kemudian

"Maaf lama menunggu" kata Hafidh

"Eh, tidak apa-apa" kata Radit

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan ke sekolah, lagipula tidak ada kerjaan kan?" kata Hafidh

"Iya nih" kata Radit

Hafidh pun masuk sebentar ke rumah dan berkata, "Bu, aku jalan-jalan sebentar"

"Oke, tapi jangan lama-lama" kata Ibu Hafidh

"Baiklah bu, Assalamu Alaikum" kata Hafidh

"Wa Alaikum Salam" kata Ibu Hafidh

Omongan mereka didengar oleh Radit, ketika Hafidh keluar rumah dan berjalan berbarengan dengan Radit, Radit pun bertanya, "Agamamu Islam?"

"Iya, emangnya kenapa?" kata Hafidh

"Gak, nanya doang, soalnya tadi aku denger percakapan kalian" kata Radit

"Oh" kata Hafidh

"Lantas, kenapa memilih SMP, bukan MTs?" kata Radit

"Apakah kau tidak tau?. Dikota ini satu-satunya sekolah menengah pertama, ya.... SMP kita"

"Tidak ada lagi sekolah lain yang se-jenjang, kalau pun ada, itu di kota tetanggan, jauh" kata Hafidh

"Bener juga ya" kata Radit

"Makanya kelas 1-3 itu dibagi dari A-J" kata Hafidh

"Kok kamu tau banget sama sekolah ini" kata Radit

"Sekolah ini sudah lama, Ibuku bahkan pernah sekolah di SMP itu juga" kata Hafidh

"Oh, nah sudah sampai" kata Radit

"Wah, cuman ngobrol, gak terasa sampai di sekolahan" kata Hafidh

"Kita buktikan, apakah benar pembagian kelas ini sampai J" kata Radit

"Oke" kata Radit

Beberapa menit kemudian

"Eh iya, bener lho" kata Radit

"Tuh kan, sebelum kita sekolah di sekolahan yang kita inginkan, kita harus tahu sekolah kita itu seperti apa" kata Hafidh

Radit pun mengangguk

Mereka terus meneliti sekolah itu

Ada Kantor Guru, ada Toilet, ada Kantin, ada UKS, semuanya ada, tapi ada satu ruangan aneh

Ruangan itu diatas pintunya, ada papan putih bertuliskan "Gudang"

Dibawah tulisan itu ada tulisan kecil, tulisannya "Ruangan ini sudah tak terawat karena angker"

Radit mendekati ruangan itu, melihat jendela, menyapu jendelanya dari debu dengan tangannya, dan dia bisa melihat kedalam

"Didalam tidak ada......"

Hafidh pun langsung menarik Radit untuk menjauh dari ruangan itu

"Memangnya ada apa?" tanya Radit

"Nanti kujelaskan" kata Hafidh sambil menarik Radit hingga gerbang sekolah

Bersambung

Sahabat - Bagian 1

Bagian 1



Percakapan mereka terganggu karena kedatangan satu orang

"Hai dit" kata orang tersebut

"Hai zul" kata Radit

Hafidh pun menengok orang itu, kemudian bertanya, "Siapa dia?"

"Dia Izul, teman sebangkuku dulu di SD" kata Radit

Izul pun mendekat kepada mereka, kemudian menyalami Hafidh dan berkata, "Perkenalkan, namaku Izul"

"Namaku Hafidh, senang berkenalan denganmu" kata Hafidh dengan wajah tersenyum

"Kok masih sepi" tanya Izul

"Entahlah, mungkin kita terlalu pagi datang kesini" kata Radit

"Mungkin saja" kata Izul

45 Menit Kemudian

"Selamat pagi Anak-Anak" kata kepala sekolah

Ya, mereka sedang upacara, dan upacaranya hampir berakhir, hanya tersisa pengumuman saja lagi

"Seperti yang kita tahu, sekarang kita memasuki tahun ajaran baru. Tahun ini murid yang memasuki sekolah ini lebih banyak dari tahun sebelumnya. Jadi para kakak kelas, harap lebih ramah kepada murid-murid baru" kata Kepala Sekolah

"Baik Pak Guru" kata para siswa kelas 9

"Oke, sedikit saja pengumuman ini. Setelah ini, kalian langsung masuk ke kelas untuk penentuan duduk bangku" kata Kepala Sekolah

"Baik Pak Guru" kata semua siswa

Kepala Sekolah menengok komandan dan mengangguk, isyarat menyuruh untuk membubarkan barisan

"Tanpa Penghormatan, Bubar Barisan, Jalan" kata komandan upacara dengan suara lantang



Singkat cerita, Hafidh sebangku dengan Radit, mereka duduk paling belakang di barisan tengah, sedangkan didepan mereka, Izul duduk dengan seorang murid bernama Atep



"Hari ini, kita tidak belajar" kata Ibu Guru yang tiba-tiba masuk

"Hore" teriak semua siswa

"Kita hanya mencatat jadwal, dan setelah itu kita pulang" kata Ibu Guru

"Hore" teriak semua siswa lagi



Singkat cerita lagi, waktu pulang pun tiba, para siswa pulang ke rumah mereka masing-masing



"Assalamu Alaikum" kata Hafidh sambil memasuki rumahnya

"Wa Alaikum Salam, kok cepat sekali pulangnya" tanya Ibu Hafidh

"Iya nih bu, namanya juga hari pertama sekolah, lebih awal karena tidak ada yang dipelajarkan" kata Hafidh

"Wah kok gitu ya" kata Ibu Hafidh

"Ya, aku juga bingung" kata Hafidh



Hafidh pun meletakkan tas ke meja belajarnya, dan pergi ke kamarnya dan langsung berbaring



"Hmm... Mungkin murid SMP itu memang campuran dari berbagai agama, ada Islam, ada Kristen"

"Pantesan Kepala Sekolah tidak mengucapkan salam" bicara Hafidh kepada dirinya sendiri



Tok Tok Tok

"Hafidh..." kata seseorang sambil mengetuk pintu

Hafidh pun pergi kedepan pintu dengan baju sekolah yang masih dipakainya

"Eh Radit" kata Hafidh

Bersambung

Kamis, 22 Desember 2016

Indo Banget (Series) - Season 1 - Episode 7

Episode 7



Kapten Nafis bukannya senang, malah marah. Dia tidak rela karena bukan dirinya yang membunuh Hantu dan Nenek Gayung. Kapten Nafis masih menyimpan dendam kepada Hantu.

Kapten Nafis pun menggunakan jurus Edo Tensei untuk membangkitkan Hantu dan Nenek Gayung.

Hantu dan Nenek Gayung pun bangkit dari kematian mereka.

"Siapa yang membangkitkan mereka?" kata Satpam

"Aku" kata Kapten Nafis dengan muka jahat

"Waduh, gak ada yang membantuku lagi" kata Satpan

Satpam pun menelpon Pak Widodo

"Pak Pak Monitor Pak"

"Monitor Pam" jawab Widodo

"Tolong saya pak, Kapten Nafis kembali, dan berubah jadi jahat" kata Satpam

"Tapi saya tidak punya tentara lagi" kata Widodo

"Baiklah pak" kata Satpam

Satpam pun menutup telponnya dengan tudung saji.

Tiba-tiba, lantai Istana Pasir Negara terbuka dengan sendirinya, dan muncullah Sugeng Wahyudi

"Butuh bantuan?" tanya Wahyudi

"Tentu" kata satpam

Kapten Nafis yang mulai jahat pun memihak Hantu dan Nenek Gayung

Pertarungan kembali dilanjutkan, 2 lawan 3, siapakah yang akan menang, kita lanjutkan setelah iklan ngaco berikut

Bila anda ngantuk, gak sempat ngopi. Ambil saja baygonmu. Biar tidur selamanya


"Hah, dimana Kapten Nafis?" tanya mereka

Ternyata Kapten Nafis muncul tiba-tiba dari belakang satpam dan........

Satpam pun terbunuh oleh pedang samurai setajam silet yang dipakai Kapten Nafis

Sungguh Tragis pemilik Manggis yang menangis karena punggung satpam teriris jadi 7 baris

Musik sedih pun diputar

Lihatlah dan bukalah mata hatimu. Melihatnya lemah terluka. Namun semangatnya takkan pernah pudar. Hingga, Tuhan kan berikan Jalan


Ternyata Satpam juga punya jurus bernama Peri-say dan Satpam, tidak lah terbunuh

Satpam berdiri, kemudian menyerang Kapten Nafis hingga Titik dan Koma

"Sekarang, dimana Hantu dan Nenek Gayung tadi" tanya Wahyudi

"Sial, mereka kabur" kata Satpam

-----

"Kami sudah ketemu ruangannya bro" kata salah satu anggota Gafatar dengan menelpon Hantu

"Dimana?" tanya Hantu

"Di lantai 2, di kamar tidur" kata anggota Gafatar

"Baik, aku segera kesana" kata Hantu

-----

"Aku tidak percaya bahwa Kapten Nafis berkhianat" kata Widodo sambil memegang kepala

Kapten Nafis tiba-tiba datang

"Tentu saja berkhianat, aku telah berkorban untukmu, tapi dapat gaji pun tidak" kata Kapten Nafis

"Jangan salahkan aku" kata Widodo

"Apa? Jangan salahkan anda? Aku ini kapten dari kepolisian negara, tidak ada yang membayarku selain presiden, tapi apa?. Aku tak dapat bayaran sepeser pun" kata Kapten Nafis

Bersambung

Senin, 19 Desember 2016

Semakin - Season 3 - Episode 5

Episode 5



Ya, Nawi hanya memanfaatkan "ayah"nya sendiri, dengan cara berdurhaka. Ketika Nawi ingin kembali ke portal, lemari yang seharusnya jauh disamping portal, bergerak dengan sendirinya sehingga menutup portal.

Nawi yang kaget pun langsung terloncat mundur, lemari itu pun terbuka dengan perlahan, Nawi semakin ketakutan, ternyata, itu adalah si Remaja

"Bukannya kamu tadi pulang?" tanya Nawi

"Tidak, aku hanya menggunakan sedikit trik" kata si Remaja

"Kalau belum pulang, pulang lagi sana" kata Nawi dengan kasar

"Aku sengaja tidak pulang" kata si Remaja

"Kenapa?" tanya Nawi dengan kasar

"Aku mendengar keributan di rumahku, suatu sore, aku mendengar keributan di dapurku, dan aku mengintip, ternyata itu kalian" kata si Remaja

"Terus apa?" kata Nawi dengan kekasarannya

"Kau terlalu durhaka dengan ayahmu, itu, Iwan itu adalah diriku saat muda, beraninya kau dengan ayahmu!, beraninya denganku, aku dulu hampir saja membunuh ayahmu!" kata si Remaja

"Mengapa tidak dibunuh langsung saja?" tanya Nawi dengan suara lembut

Emosi si Remaja, tidak tertahan lagi, si Remaja pun mencekik dan mengangkat Nawi

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan itu Iwan

Iwan terkejut saat si Remaja mencekik dan mengangkat Nawi, Iwan pun tidak sengaja melepaskan cangkir di tangannya karena terkejut

"Prang"

Suara itu terdengar hingga kedalam portal

Lemari yang didepan portal itu tergeser, dan itu Azmi, teman si Remaja

"Sedang apa kau kesini, Azmi?" kata si Remaja

"Aku hanya mendengar keributan tadi" kata Azmi

Azmi pun ikut kaget melihat temannya mengangkat seorang anak kecil yang terlihat sangat mirip dengan Iwan, namun dia melihat ke pintu kamar, disana masih ada Iwan dengan tampang kagetnya

Azmi pun mendekati Iwan dan menyadarkannya, kemudian berkata "Itu kembaranmu, Wan?" dengan berbisik

"Itu anakku" kata Iwan

"Apa?, masa kau yang kecil begini, sudah punya anak?" kata Azmi dengan tampang tidak percaya

"Apakah kau menyindirku?" kata Iwan

"Maaf, aku tidak bermaksud menyindirmu, hehe" kata Azmi dengan sedikit tertawa

"Ya bisa, dia kan dari masa depan" kata Iwan

"Eh, iya juga ya" kata Azmi

Azmi pun menengok temannya yang masih mengangkat Nawi dengan cekikannya, dan berkata, "Wan, lepaskan dia"

"Apa?, anak yang durhaka ini kan ku lepaskan?" kata si Remaja

"Tidak mau" lanjut si Remaja

"Tapi aku kasihan" kata Azmi dengan mukanya yang memberi kasihan juga :v

"Baiklah, kan kulepas" kata si Remaja

Si Remaja pun membanting Nawi ke kasur Iwan

"Ayo pulang" kata Azmi

Si Remaja pun mengikuti Azmi, dia menengok kembali Iwan, dan berkata, "Kalau butuh aku, teriak saja dari portal ini, aku pasti mendengarnya"

Dan mereka pun pulang

Bersambung

Minggu, 18 Desember 2016

Berita Tentang Blog Ini

Isi Berita:

1) Perubahan Jadwal

Seperti yang kalian tau, berikut jadwal posting cerita di blog ini

-----

(Jam postingan sesuai Waktu Indonesia Tengah)

Semakin: Jumat 19.00

Indo Banget (Series): Sabtu 17.00

Sahabat: Minggu 17.00

-----

Mulai hari ini, kita ubah jadwalnya, sebagai berikut

-----

Semakin: Senin-Rabu 19.00

Indo Banget (Series): Kamis 19.00, Jumat 14.00

Sahabat: Sabtu 17.00, Minggu 12.00

------

2) Pengubahan Total Cerita Indo Banget

Mungkin beberapa dari kalian tahu, bahwa Indo Banget hanyalah cerita lawas yang dihidupkan. Saya masih ingat bahwa post terakhir dari Indo Banget di bulan April.

Tentu saja itu sudah lama, saking lamanya saya saja lupa tokoh-tokohnya

Jadi, yang sebenarnya saya akan ubah, adalah penokohannya

Dan sebagai apresiasi terhadap WBID dan para usernya, siapapun yang sering mengobrol di Ruang Obrolan WBID, insya Allah jadi tokoh di cerita ini

------

3) Saya punya cerita baru

Bergenre komedi juga, menceritakan Indra dengan pacarnya yang ngeselin dan Gak Nyambung. Baca selengkapnya disini

------

Sekian saja berita dari situs ini, semoga anda tetap betah membaca cerita di blog ini.

Oh ya, saya minta maaf jika bagi beberapa pembaca mengatakan cerita saya terlalu pendek.

Itu memang benar, karena saya hanya memakai 1000 karakter (termasuk simbol), oleh karena itu, cerita ini akan saya panjangkan sedikit menjadi 2500 karakter (termasuk simbol)

-----

Terima kasih, salam WBID

Wassalamu 'Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 10

Sekarang, pria bertopeng itu berada di area peperangan. Dia membawa busur dan panah miliknya, mengambil di pohon yang puncaknya sudah terbak...