Langsung ke konten utama

Sahabat - Bagian 1

Bagian 1



Percakapan mereka terganggu karena kedatangan satu orang

"Hai dit" kata orang tersebut

"Hai zul" kata Radit

Hafidh pun menengok orang itu, kemudian bertanya, "Siapa dia?"

"Dia Izul, teman sebangkuku dulu di SD" kata Radit

Izul pun mendekat kepada mereka, kemudian menyalami Hafidh dan berkata, "Perkenalkan, namaku Izul"

"Namaku Hafidh, senang berkenalan denganmu" kata Hafidh dengan wajah tersenyum

"Kok masih sepi" tanya Izul

"Entahlah, mungkin kita terlalu pagi datang kesini" kata Radit

"Mungkin saja" kata Izul

45 Menit Kemudian

"Selamat pagi Anak-Anak" kata kepala sekolah

Ya, mereka sedang upacara, dan upacaranya hampir berakhir, hanya tersisa pengumuman saja lagi

"Seperti yang kita tahu, sekarang kita memasuki tahun ajaran baru. Tahun ini murid yang memasuki sekolah ini lebih banyak dari tahun sebelumnya. Jadi para kakak kelas, harap lebih ramah kepada murid-murid baru" kata Kepala Sekolah

"Baik Pak Guru" kata para siswa kelas 9

"Oke, sedikit saja pengumuman ini. Setelah ini, kalian langsung masuk ke kelas untuk penentuan duduk bangku" kata Kepala Sekolah

"Baik Pak Guru" kata semua siswa

Kepala Sekolah menengok komandan dan mengangguk, isyarat menyuruh untuk membubarkan barisan

"Tanpa Penghormatan, Bubar Barisan, Jalan" kata komandan upacara dengan suara lantang



Singkat cerita, Hafidh sebangku dengan Radit, mereka duduk paling belakang di barisan tengah, sedangkan didepan mereka, Izul duduk dengan seorang murid bernama Atep



"Hari ini, kita tidak belajar" kata Ibu Guru yang tiba-tiba masuk

"Hore" teriak semua siswa

"Kita hanya mencatat jadwal, dan setelah itu kita pulang" kata Ibu Guru

"Hore" teriak semua siswa lagi



Singkat cerita lagi, waktu pulang pun tiba, para siswa pulang ke rumah mereka masing-masing



"Assalamu Alaikum" kata Hafidh sambil memasuki rumahnya

"Wa Alaikum Salam, kok cepat sekali pulangnya" tanya Ibu Hafidh

"Iya nih bu, namanya juga hari pertama sekolah, lebih awal karena tidak ada yang dipelajarkan" kata Hafidh

"Wah kok gitu ya" kata Ibu Hafidh

"Ya, aku juga bingung" kata Hafidh



Hafidh pun meletakkan tas ke meja belajarnya, dan pergi ke kamarnya dan langsung berbaring



"Hmm... Mungkin murid SMP itu memang campuran dari berbagai agama, ada Islam, ada Kristen"

"Pantesan Kepala Sekolah tidak mengucapkan salam" bicara Hafidh kepada dirinya sendiri



Tok Tok Tok

"Hafidh..." kata seseorang sambil mengetuk pintu

Hafidh pun pergi kedepan pintu dengan baju sekolah yang masih dipakainya

"Eh Radit" kata Hafidh

Bersambung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Kembali!

Halo!  @mnafisalmukhdi1  disini. Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja.  Ada kabar bagus nih untuk blog ini! Aku kembali! Ya, setelah sekian lama aku tidak memposting apapun sama sekali dalam blog ini, kembali menghidupkannya adalah pilihan terbaik. Rencana utama dari kembalinya aku adalah merevisi total semua cerita yang ada di blog ini. Dukung aku selalu. Salam.

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai ...

Semakin - Season 2 - Episode 17

Episode 17 "Orang-orang ini adalah yang berkaitan dengan si remaja, kecuali si pria tua ini, dia adalah anak kita dimasa depan" kata si ibu "Oke" kata si ayah Allahu Akbar, Allahu Akbar Sudah terdengar azan ashar "Kami pulang dulu, ya" kata teman si remaja dan si gadis "Silahkan" kata si pria tua "Tunggu, kau tinggal disini?" kata si ayah "Tidak, aku juga punya rumah" kata si pria tua "Lantas, mengapa kau tetap disini?" kata si ayah "Aku sedikit bingung, orang yang sama, tapi sifatnya bisa berbeda, berbeda denganku, berbeda dengan si remaja" kata si pria tua "Ah sudahlah, aku pulang dulu" lanjut si pria tua "Oke" kata mereka Rumah menjadi sunyi "Nak, ayo bangun" kata si ibu Si anak pun bangun. "Ada apa" kata si anak "Sudah Ashar" kata si ibu Si anak pun pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah itu si ayah. Si anak shalat di kamarnya, setelah shalat dia kemb...