Kamis, 09 Februari 2017

Semakin - Season 3 - Episode 10 (Special Edition)

Episode 10 - Tercampur



"Bagaimana rasanya hampir setahun cerita ini tayang, namun hanya 40 episode (total)" kataku

"Tidak apa-apa, 40 episode pun syukur" kata Iwan

"Tapi, mengapa kau menghentikan perjalanan ini" lanjut Iwan

"Kamu mungkin sudah tahu, Wan. Cerita ini kurang diminati, padahal inilah cerita pertama yang kubuat." kataku

"Mungkin salahmu juga, aku bisa melakukan hal yang tidak mungkin" kata Iwan

"Ya, mungkin saja" kataku

.

.

"Eh, ada Nafis" kata Ibu Iwan

Aku pun menyalimi Ibu dan Ayahnya Iwan

"Sejak kapan kau datang?" kata Ayah Iwan

"Baru saja" kataku

"Kok kalian kenal" kata Iwan

"Lah, kan dia yang membuat cerita ini, masa gak kenal" kata Ibu Iwan

"Kenal sih" kata Iwan

Aku hanya tersenyum

.

.

"Assalamu Alaikum" kata Azmi

"Wa alaikum salam" kataku

"Mana temanmu?" lanjutku

"Dia sedang....." kata Azmi

"Assalamu Alaikum" kata si Remaja

"Wa alaikum salam" kataku

"Kalian makin serasi ya" lanjutku

"Kami bukan serasi lagi, namun kami sudah nikah" kata si Remaja

"Wah, itu hal yang mengejutkan" kataku

"Hehe" kata Dinda

.

.

"Assalamu Alaikum" kata Nawi

"Wa alaikum salam" kataku

Aku sungguh kebingungan ketika Nawi menyalimiku, aku masih teringat ketika dia dibuat jahat.

"Kok kamu jadi lebih baik" kataku

"Aku tiba-tiba menemukan seberkas cahaya dihatiku" kata Nawi

"Terlalu puitis, Naw" kataku

Semua orang tertawa

.

.

Huh, ya begitulah wawancara saya dengan tokoh Semakin

Semoga kalian terhibur dengan cerita Semakin ini, walau tidak ada lanjutannya lagi

Sampai jumpa lain waktu

Sabtu, 04 Februari 2017

Sahabat - Bagian 6

Bagian 6



"Sekolah ini sama sekali tidak mengajarkan yang namanya toleransi"

Ucapan Guru Bahasa Inggris yang sangat mengejutkan semua siswa. Bahkan siswa yang tertidur langsung terbangun karena ucapan beliau

Dane, Guru Bahasa Inggris yang baru, namun beliau tahu atas kejadian di SMP Pelita ini

Ya, 'bule' yang sudah lama tinggal di Indonesia. Tentunya kewarganegaraan beliau Indonesia

"Tidak ada kah yang belajar PKN?. Seharusnya di pelajaran PKN itu ada pelajaran tentang toleransi" kata Pak Dane

Hafidh pun memberanikan diri untuk berdiri

"Ya, ada apa Fidh?" kata Pak Dane

"Gimana mau belajar?. Gurunya kurang serius dalam mengajar" kata Hafidh dengan suara lantang

"Kurang serius?. Ya, saya sudah mengetahui hal itu Fidh. Biarlah kali ini saya serius" kata Pak Dane

Beberapa menit kemudian

"Waktu istirahat telah tiba"

Suara bel istirahat

Semua orang langsung berlarian keluar dari kelas

Sementara Hafidh hanya berjalan santai di belakang Pak Dane

"Hai Fidh" kata Pak Dane

"Ya Pak" kata Hafidh

"Kamu ini orang yang berani ya" kata Pak Dane sambil mengelus kepala Hafidh

Hafidh pun memandang wajah Pak Dane. Tinggi Hafidh selisih 30cm (lebih rendah) dari Pak Dane. Pak Dane ini orang yang tinggi.

Wajah Pak Dane tersenyum. Dengan kacamata yang terpasang.

Kemudian Pak Dane secara tiba-tiba bertanya, "Apa agamamu?"

"Agamaku Islam, mungkin aku satu-satunya yang Islam di sekolah ini" kata Hafidh

"Owh Islam...." kata Pak Dane

Hafidh dan Pak Dane pun berpisah, tanpa sempat Hafidh menanyakan balik agama Pak Dane

"Hei Dane, seharusnya jadi guru itu objektif. Jangan mentang-mentang Islam hanya menemani murid yang Islam" kata Kepala Sekolah saat Pak Dane memasuki kantor guru

"Saya bukan objektif, tapi dia memang seru diajak bicara" kata Pak Dane

"Sedangkan murid yang lainnya banyak yang pada ketiduran" lanjut Pak Dane

"Kenapa tidak kau tegur yang tidur itu?" kata Kepala Sekolah

"Sudah saya tegur, malah melawan Pak" kata Pak Dane

"Hmm" kata Kepala Sekolah

"Bagaimana keadaannya sekarang?" lanjut Kepala Sekolah

"Mendengar bel istirahat, dia langsung segar dan orang pertama yang keluar kelas" kata Pak Dane

"Hmm... Setelah istirahat ini masih pelajaranmu kan?. Aku akan memberi kejutan" kata Kepala Sekolah sambil berkedip

.

"Waktu istirahat telah berakhir"

Bel yang menyatakan waktu istirahat telah berakhir

.

Semua siswa sudah berada di kelas

Pak Dane pun memasuki kelas 3 lagi

"Selamat pagi semua" kata Pak Dane

"Selamat pagi" kata semua

Setelah meletakkan tas ke atas meja, Pak Dane kembali melanjutkan penjelasan pelajaran yang tercampur dengan curhatannya tadi

10 menit kemudian

"Oalah, baru 10 menit udah ada yang tidur" kata Pak Dane

Bersambung

Kamis, 02 Februari 2017

Semakin - Season 3 - Episode 9

Episode 9



*alur dipercepat

Akhirnya tiba pulang sekolah

Iwan bergegas untuk pulang

Namun di tengah jalan....

Brakk.....

Kecelakaan terjadi

.

.

.

"Dimana aku sekarang?" tanya Iwan

"Di rumah sakit" kata seorang dokter

"Kenapa aku berada di rumah sakit?" tanya Iwan lagi

"Kau ditabrak mobil" kata dokter

"Untung kau masih bisa hidup" lanjut dokter

"Aku pengen pulang ke rumah" kata Iwan

"Tenang, kamu harus istirahat. Ada kok orang tuamu di luar" kata dokter

"Mana mereka" kata Iwan sambil bangun

"Tunggu, kakiku terasa kaku" kata Iwan

"Berarti kau lumpuh" kata dokter

"Apa?" kata Iwan

"Salahmu juga lari saat menyeberang" kata ayah Iwan

"Iya juga ya" kata Iwan

"Tunggu, bagaimana ayah tau" lanjut Iwan

"Ayah kan pulang dari bekerja juga, nah, ayah melihat Iwan menyeberang, kemudian ada yang mencoba menyalip ayah dan menabrak Iwan" kata ayah Iwan

"Oh" kata Iwan

.

.

"Kami mau memberi kejutan" kata orang tua Iwan

"Kejutan apa?" kata Iwan

"Dokter yang menanganimu itu kakakmu" kata ibu Iwan

"Hai" kata Dokter

"Hai kak, senang bertemu" kata Iwan

"Senang bertemu denganmu juga" kata Dokter

.

.

.

"Bangun" kata seseorang

"Ya apa" kata Iwan

"Kami semuanya datang untuk menjengukmu" kata teman Iwan

"Wah wah wah" kata Iwan

"Kakiku masih terasa kaku" lanjut Iwan

"Tenang, dan berdoalah semoga sembuh" kata teman Iwan

.

.

.

.

.

"Hedeh, disini membosankan juga" kata Iwan

"Hai" kata Dokter

"Hai kak" kata Iwan

"Bagaimana keadaanmu?" kata Dokter

"Kakiku masih terasa kaku" kata Iwan

"Hmm... Ya kita lihat kelanjutannya nanti" kata Dokter

.

.

.

.

"Kaki kananku, sudah tidak kaku lagi" kata Iwan

"Wah, itu kabar yang bagus" kata ibu Iwan

.

.

.

.

.

"Kaki kiriku juga tidak kaku lagi" kata Iwan

"Akhirnya aku dapat bergerak" lanjut Iwan

"Eittt, tunggu dulu. Kamu harus beristirahat sehari lagi, jadi lusa, kamu boleh berjalan sepuasnya" kata Dokter

"Baik kak" kata Iwan

.

.

.

.

.

"Terimakasih atas perawatannya" kata Iwan

"Tentu, dan itu gratis untukmu" kata Dokter

"Wah, terimakasih banyak" kata Iwan

.

.

.

.

"Akhirnya bisa nonton tv juga" kata Iwan

"Udah terlalu bosan" lanjut Iwan

"Aku ingin tau, bagaimana keadaan anakku, aku yang remaja, kak Azmi, dan kak Dinda" lanjut Iwan lagi

.

.

.

.

"Ayah, ampuni aku" kata Nawi

"Ada apa?" kata Iwan

"Setiap hari yang kudapat hanyalah kesialan belaka, jadi ampuni aku, Yah" kata Nawi

"Akhirnya, kau mengakuiku sebagai ayahmu. Ku ampuni dirimu" kata Iwan

"Terimakasih banyak Yah" kata Nawi

.

.

.

.

"Hai" kata si Remaja

"Halo" kata Azmi

"Hai juga" kata Iwan

"Kabarmu baik kan?" kata si Remaja

"Baik" kata Iwan

"Alhamdu..." kata Azmi

"Lillah" kata si Remaja

Mereka pun tertawa

"Hai" kata Dinda

"Hai juga kak" kata Iwan

"Tumben pakai hijab" lanjut Iwan

"Iya dong" kata Dinda

.

.

.

.

.

Kalian pasti tau, mengapa saya menulis ceritanya seperti ini. Ya, saya ingin menamatkan cerita ini. Oleh karena itu, saya beri 1 episode spesial, dan cerita ini saya nyatakan


Tamat

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 10

Sekarang, pria bertopeng itu berada di area peperangan. Dia membawa busur dan panah miliknya, mengambil di pohon yang puncaknya sudah terbak...