Langsung ke konten utama

Sahabat - Bagian 3

Bagian 3



"Emangnya ada apa sih?" tanya Radit

"Bukannya ruangan itu tidak terawat dan dikunci, pasti bagian dalam tidak terawat. Ketika kau membersihkan jendela dari luar, bukannya orang sering membersihkan jendela biasanya. Berarti debu itu dari dalam. Lah, kenapa bisa bersih jika kamu membersihkannya dari luar?" kata Hafidh

"Bener juga. Sepertinya kamu berbakat jadi detektif, Fidh. Tunggu dulu, berarti..." kata Radit

"Hantu..." kata Hafidh dan Radit sambil langsung berlari

Juli 2014

2 tahun setelah kejadian itu, sudah kelas 3 mereka, namun bukannya lebih baik, keadaan makin buruk

Kebandelan murid-murid bandel sungguh sangat mengganggu ketenangan kelas

Seandainya Hafidh dapat menegur, tapi alangkah kasiannya dia bukan Ketua Kelas.

Hafidh pun keluar dari kelas sebentar, sepertinya ke toilet, kemudian Radit mengikuti

Ruangan toilet terbagi dari 2 bagian, toilet dan tempat cuci tangan

Hafidh ke toilet hanya untuk mencuci tangan dan membasuh kepalanya

"Kelas macam apa ini" kata Hafidh kepada dirinya sendiri

Hafidh mengeringkan kepalanya sebentar, kemudian keluar. Dia tidak sadar Radit sejak tadi mengikutinya

Ketika dia baru saja duduk, guru pun datang

"Alhamdulillah" katanya dalam hati

"Uhuk Uhuk" kata guru

"Karena saya sedang sakit-sakitan, kita tidak belajar hari ini" lanjut guru sambil meletakkan kepalanya ke meja guru

"Hore" kata murid

"Yang benar saja" kata Hafidh

Hafidh pun menopang dagunya, tanda bahwa dia mulai merasa bosan

"Apakah kau tidak apa-apa?" tanya Radit

"Ya" kata Hafidh dengan suara bosannya

Ya, walau Hafidh bukan ketua kelas, tapi Radit lah ketuanya

"Hei semuanya, guru sedang sakit kan?. Jangan terlalu ribut, atau kalian kusuruh membersihkan kelas ini!" teriak Radit di tengah keributan

Kelas pun langsung sunyi, hanya terdengar bisik-bisik

"Yakin tidak apa-apa?" tanya Radit dengan suara pelan kepada Hafidh

"Iya, tidak apa-apa" kata Hafidh

Radit pun ikut cemberut, kemudian dia teringat kejadian 2 tahun yang lalu di sekolah ini

Radit pun ingin keluar, dia mendekati guru dan berkata "Saya izin keluar sebentar"

"Baiklah" kata guru dengan suara lesu

"Aku ingin keluar sebentar, tapi jangan berani-berani menggaduhkan suasana kelas. Fidh!, nanti kalau ribut beritahu aku" kata Radit sambil keluar dari kelas

"Dimana gudang itu?" kata Radit

Dia mencari gudang, ternyata masih ada, di seberang toilet

"Waduh, harus menyeberang lagi, entar dikira gurunya gak ada lagi kalau terlihat di tengah lapangan" kata Radit

"Gak usah aja lah" lanjut Radit

Dia pun kembali ke kelas

Bersambung

br /

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Kembali!

Halo!  @mnafisalmukhdi1  disini. Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja.  Ada kabar bagus nih untuk blog ini! Aku kembali! Ya, setelah sekian lama aku tidak memposting apapun sama sekali dalam blog ini, kembali menghidupkannya adalah pilihan terbaik. Rencana utama dari kembalinya aku adalah merevisi total semua cerita yang ada di blog ini. Dukung aku selalu. Salam.

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai ...

Semakin - Season 2 - Episode 17

Episode 17 "Orang-orang ini adalah yang berkaitan dengan si remaja, kecuali si pria tua ini, dia adalah anak kita dimasa depan" kata si ibu "Oke" kata si ayah Allahu Akbar, Allahu Akbar Sudah terdengar azan ashar "Kami pulang dulu, ya" kata teman si remaja dan si gadis "Silahkan" kata si pria tua "Tunggu, kau tinggal disini?" kata si ayah "Tidak, aku juga punya rumah" kata si pria tua "Lantas, mengapa kau tetap disini?" kata si ayah "Aku sedikit bingung, orang yang sama, tapi sifatnya bisa berbeda, berbeda denganku, berbeda dengan si remaja" kata si pria tua "Ah sudahlah, aku pulang dulu" lanjut si pria tua "Oke" kata mereka Rumah menjadi sunyi "Nak, ayo bangun" kata si ibu Si anak pun bangun. "Ada apa" kata si anak "Sudah Ashar" kata si ibu Si anak pun pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah itu si ayah. Si anak shalat di kamarnya, setelah shalat dia kemb...