Langsung ke konten utama

Sahabat - Bagian 2

Bagian 2



"Silahkan masuk" lanjut Hafidh

"Siapa itu" tanya Ibu Hafidh

"Teman sekelas, bu" kata Radit

"Bukan lagi sekelas, sebangku, Ibu Hafidh, hehe" kata Radit



"Tumben belum ganti baju" kata Radit

"Iya nih, kecapaian" kata Hafidh

"Lah, kenapa kecapaian, bukannya tadi sebentar saja di sekolah?" kata Radit

"Panas bro" kata Hafidh

"Bener juga" kata Radit

"Kita ke teras aja" kata Hafidh

"Oke" kata Radit

"Silahkan duluan, aku ganti baju dulu" kata Hafidh

"Oke" kata Radit

Radit pun menunggu di teras, sementara Hafidh ganti baju

Beberapa saat kemudian

"Maaf lama menunggu" kata Hafidh

"Eh, tidak apa-apa" kata Radit

"Bagaimana kalau kita jalan-jalan ke sekolah, lagipula tidak ada kerjaan kan?" kata Hafidh

"Iya nih" kata Radit

Hafidh pun masuk sebentar ke rumah dan berkata, "Bu, aku jalan-jalan sebentar"

"Oke, tapi jangan lama-lama" kata Ibu Hafidh

"Baiklah bu, Assalamu Alaikum" kata Hafidh

"Wa Alaikum Salam" kata Ibu Hafidh

Omongan mereka didengar oleh Radit, ketika Hafidh keluar rumah dan berjalan berbarengan dengan Radit, Radit pun bertanya, "Agamamu Islam?"

"Iya, emangnya kenapa?" kata Hafidh

"Gak, nanya doang, soalnya tadi aku denger percakapan kalian" kata Radit

"Oh" kata Hafidh

"Lantas, kenapa memilih SMP, bukan MTs?" kata Radit

"Apakah kau tidak tau?. Dikota ini satu-satunya sekolah menengah pertama, ya.... SMP kita"

"Tidak ada lagi sekolah lain yang se-jenjang, kalau pun ada, itu di kota tetanggan, jauh" kata Hafidh

"Bener juga ya" kata Radit

"Makanya kelas 1-3 itu dibagi dari A-J" kata Hafidh

"Kok kamu tau banget sama sekolah ini" kata Radit

"Sekolah ini sudah lama, Ibuku bahkan pernah sekolah di SMP itu juga" kata Hafidh

"Oh, nah sudah sampai" kata Radit

"Wah, cuman ngobrol, gak terasa sampai di sekolahan" kata Hafidh

"Kita buktikan, apakah benar pembagian kelas ini sampai J" kata Radit

"Oke" kata Radit

Beberapa menit kemudian

"Eh iya, bener lho" kata Radit

"Tuh kan, sebelum kita sekolah di sekolahan yang kita inginkan, kita harus tahu sekolah kita itu seperti apa" kata Hafidh

Radit pun mengangguk

Mereka terus meneliti sekolah itu

Ada Kantor Guru, ada Toilet, ada Kantin, ada UKS, semuanya ada, tapi ada satu ruangan aneh

Ruangan itu diatas pintunya, ada papan putih bertuliskan "Gudang"

Dibawah tulisan itu ada tulisan kecil, tulisannya "Ruangan ini sudah tak terawat karena angker"

Radit mendekati ruangan itu, melihat jendela, menyapu jendelanya dari debu dengan tangannya, dan dia bisa melihat kedalam

"Didalam tidak ada......"

Hafidh pun langsung menarik Radit untuk menjauh dari ruangan itu

"Memangnya ada apa?" tanya Radit

"Nanti kujelaskan" kata Hafidh sambil menarik Radit hingga gerbang sekolah

Bersambung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 10

Sekarang, pria bertopeng itu berada di area peperangan. Dia membawa busur dan panah miliknya, mengambil di pohon yang puncaknya sudah terbakar akibat tersambar petir. Terompet ditiupkan, suaranya menggema. Peperangan dimulai dan dengan biadabnya para prajurit negara api menyerang lebih dahulu. Suara pedang beradu mericuhkan suasana. Pria bertopeng juga menarik pedang dari sabuknya dan mulai bertarung. Doúlos sedang berada di puncak benteng merasa khawatir karena melihat prajuritnya berguguran di tangan pria bertopeng itu. Dia membuka sebuah buku di tangannya. Sepertinya mengandung mantra yang sering digunakan mendiang Kalós. “Kaíne to!” Sebuah panah mengenai mahkota Kalós dan jatuh dari atas benteng. Fotía ternyata berada di sana dan berhasil menangkapnya kemudian berlari. Doúlos melepas perisai wajahnya untuk ke bawah, “Rupanya kamu!” Dia mencoba untuk memerintahkan pasukannya menyerang Fotía yang mencoba berlari....

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai ...

Aku Kembali!

Halo!  @mnafisalmukhdi1  disini. Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja.  Ada kabar bagus nih untuk blog ini! Aku kembali! Ya, setelah sekian lama aku tidak memposting apapun sama sekali dalam blog ini, kembali menghidupkannya adalah pilihan terbaik. Rencana utama dari kembalinya aku adalah merevisi total semua cerita yang ada di blog ini. Dukung aku selalu. Salam.