Langsung ke konten utama

Semakin - Season 3 - Episode 5

Episode 5



Ya, Nawi hanya memanfaatkan "ayah"nya sendiri, dengan cara berdurhaka. Ketika Nawi ingin kembali ke portal, lemari yang seharusnya jauh disamping portal, bergerak dengan sendirinya sehingga menutup portal.

Nawi yang kaget pun langsung terloncat mundur, lemari itu pun terbuka dengan perlahan, Nawi semakin ketakutan, ternyata, itu adalah si Remaja

"Bukannya kamu tadi pulang?" tanya Nawi

"Tidak, aku hanya menggunakan sedikit trik" kata si Remaja

"Kalau belum pulang, pulang lagi sana" kata Nawi dengan kasar

"Aku sengaja tidak pulang" kata si Remaja

"Kenapa?" tanya Nawi dengan kasar

"Aku mendengar keributan di rumahku, suatu sore, aku mendengar keributan di dapurku, dan aku mengintip, ternyata itu kalian" kata si Remaja

"Terus apa?" kata Nawi dengan kekasarannya

"Kau terlalu durhaka dengan ayahmu, itu, Iwan itu adalah diriku saat muda, beraninya kau dengan ayahmu!, beraninya denganku, aku dulu hampir saja membunuh ayahmu!" kata si Remaja

"Mengapa tidak dibunuh langsung saja?" tanya Nawi dengan suara lembut

Emosi si Remaja, tidak tertahan lagi, si Remaja pun mencekik dan mengangkat Nawi

Tiba-tiba pintu kamar terbuka, dan itu Iwan

Iwan terkejut saat si Remaja mencekik dan mengangkat Nawi, Iwan pun tidak sengaja melepaskan cangkir di tangannya karena terkejut

"Prang"

Suara itu terdengar hingga kedalam portal

Lemari yang didepan portal itu tergeser, dan itu Azmi, teman si Remaja

"Sedang apa kau kesini, Azmi?" kata si Remaja

"Aku hanya mendengar keributan tadi" kata Azmi

Azmi pun ikut kaget melihat temannya mengangkat seorang anak kecil yang terlihat sangat mirip dengan Iwan, namun dia melihat ke pintu kamar, disana masih ada Iwan dengan tampang kagetnya

Azmi pun mendekati Iwan dan menyadarkannya, kemudian berkata "Itu kembaranmu, Wan?" dengan berbisik

"Itu anakku" kata Iwan

"Apa?, masa kau yang kecil begini, sudah punya anak?" kata Azmi dengan tampang tidak percaya

"Apakah kau menyindirku?" kata Iwan

"Maaf, aku tidak bermaksud menyindirmu, hehe" kata Azmi dengan sedikit tertawa

"Ya bisa, dia kan dari masa depan" kata Iwan

"Eh, iya juga ya" kata Azmi

Azmi pun menengok temannya yang masih mengangkat Nawi dengan cekikannya, dan berkata, "Wan, lepaskan dia"

"Apa?, anak yang durhaka ini kan ku lepaskan?" kata si Remaja

"Tidak mau" lanjut si Remaja

"Tapi aku kasihan" kata Azmi dengan mukanya yang memberi kasihan juga :v

"Baiklah, kan kulepas" kata si Remaja

Si Remaja pun membanting Nawi ke kasur Iwan

"Ayo pulang" kata Azmi

Si Remaja pun mengikuti Azmi, dia menengok kembali Iwan, dan berkata, "Kalau butuh aku, teriak saja dari portal ini, aku pasti mendengarnya"

Dan mereka pun pulang

Bersambung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 10

Sekarang, pria bertopeng itu berada di area peperangan. Dia membawa busur dan panah miliknya, mengambil di pohon yang puncaknya sudah terbakar akibat tersambar petir. Terompet ditiupkan, suaranya menggema. Peperangan dimulai dan dengan biadabnya para prajurit negara api menyerang lebih dahulu. Suara pedang beradu mericuhkan suasana. Pria bertopeng juga menarik pedang dari sabuknya dan mulai bertarung. Doúlos sedang berada di puncak benteng merasa khawatir karena melihat prajuritnya berguguran di tangan pria bertopeng itu. Dia membuka sebuah buku di tangannya. Sepertinya mengandung mantra yang sering digunakan mendiang Kalós. “Kaíne to!” Sebuah panah mengenai mahkota Kalós dan jatuh dari atas benteng. Fotía ternyata berada di sana dan berhasil menangkapnya kemudian berlari. Doúlos melepas perisai wajahnya untuk ke bawah, “Rupanya kamu!” Dia mencoba untuk memerintahkan pasukannya menyerang Fotía yang mencoba berlari....

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai ...

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 8

Pria itu bersiul memanggil kudanya. Seekor kuda putih berlari mengejar pria itu. Mereka terus berlari sampai sang pria menaiki kudanya. “Aku merasa pernah melihat kuda itu, tapi milik siapa?” tanya seorang warga dari negara air. *** Fotiá sedang di kamar, menyisir rambutnya. Tiba-tiba seseorang pria mendobrak pintunya dan masuk. Fotia akan berteriak namun mulutnya ditutup. “Tenanglah, kamu mengenalku.” Dia adalah pria yang berlari tadi. Entah bagaimana caranya bisa mencapai istana api. Dia membersihkan dedaunan di wajahnya dan Fotiá terlihat kaget. “Kenapa kamu ada disini?” “Aku ingin berlindung sebentar. Dimana ayahmu?” “Ayahku meninggal, dibunuh Doulós. Sekarang dia mengangkat dirinya sendiri sebagai raja.” Fotiá terlihat sangat marah. “Aku turut berduka cita. Dimana dia?” “Benteng,” jawab Fotiá singkat. “Apa yang dia lakukan disana?” “Perang dengan ...