Langsung ke konten utama

Semakin - Season 3 - Episode 7

Episode 7



Mereka pun memasuki portal

"Hah, kembali ke rumahku lagi?" kata Iwan

"Emang disini?" lanjut Iwan

"Lah, bukannya kamarmu kotor tadi?" kata Azmi

"Hooh" kata Iwan

"Kenapa sekarang bersih?" kata Azmi

"Aku juga tidak tau" kata Iwan

"Dia disini" kata Azmi

Kemudian Iwan duduk di ranjangnya karena kecapaian

Azmi menggeser lemari hingga menutup portal

"Bukannya gelap, malah silau bro" kata Iwan

Azmi menghiraukannya, dia membuka pintu lemari dan

"Kak Dinda?" kata Iwan

"Bagaimana mungkin kamu ada disini?" tanya si Remaja

"Padahal aku baru saja bersembunyi di belakang lemari, tidak sadar aku ada dia" kata si Remaja

"Hanya sedikit trik" kata Dinda

"Yang pastinya, aku berterima kasih kepada orang tua Iwan karena telah mau bekerja sama untuk........"

"Ulang Tahunmu" kata orang tua Iwan sambil memasuki kamar Iwan dan membawa nasi putih

"Untuk tidak mengikuti tradisi orang lain, kita syukuran aja" kata Ayah Iwan

30 Menit Kemudian

"Kenapa kamu gak mengangkat teleponku, aku sangat khawatir" kata si Remaja kepada Dinda

"Sorry, beberapa hari ini, hp ku memang agak error, ini pun diperbaiki ayahnya Iwan" kata Dinda

"Terus, suara siapa yang mengancam membunuhmu itu?" kata si Remaja

"Itu aku" kata ayahnya Iwan

"Ayah!" kata Iwan

"Jangan salahkan ayah" kata Ayah Iwan

"Maaf itu salahku menyuruh beliau" kata Dinda

"Hadeh, kalian ini" kata si Remaja

Mereka pun makan

Beberapa menit kemudian

"Kami pulang dulu ya" kata si Remaja dan Azmi

"Baiklah" kata orang tua Iwan

"Yuk" kata si Remaja kepada Dinda

"Maaf tidak membatu membersihkan" kata Dinda

"Ya, tidak apa-apa" kata Ibu Iwan

"Huh" kata Iwan

"Aku perlu istirahat" lanjut Iwan

Iwan pun berbaring di kasurnya dan langsung tertidur

"Hedeh, Iwan Iwan" kata Ibu Iwan

Orang tua Iwan pun keluar kamar setelah membersihkan kamarnya itu



"Hoahm, ngantuk juga" kata ayahnya Iwan

"Lebih baik kita tidur saja" kata Ibu Iwan

Dan mereka pun tertidur dengan nyenyak, hingga pagi hari



"Hoahm" Iwan bangun dengan menguap

Iwan pun pergi ke kamar mandi untuk mandi tentunya

Beberapa Menit Kemudian

"Mandi di pagi hari sungguh menyegarkan" kata Iwan

"Oh ya, sekarang jam berapa ya" tanya Iwan pada dirinya sendiri

Dia pergi ke ruang tamu sebentar untuk melihat jam, ternyata sudah jam 6

"Astaghfirullahal Azhim, aku perlu membayar Subuh-ku" kata Iwan

Dia pun terpaksa shalat subuh dengan meng-qada



Kemudian setelah itu, dia bersiap-siap, untuk pergi ke sekolah

"Apakah sekarang tidak terlalu awal" kata Iwan

"Lebih baik pergi saja" kata Iwan

Bersambung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Kembali!

Halo!  @mnafisalmukhdi1  disini. Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja.  Ada kabar bagus nih untuk blog ini! Aku kembali! Ya, setelah sekian lama aku tidak memposting apapun sama sekali dalam blog ini, kembali menghidupkannya adalah pilihan terbaik. Rencana utama dari kembalinya aku adalah merevisi total semua cerita yang ada di blog ini. Dukung aku selalu. Salam.

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai akan terjadi. Benar saja, hujan deras menghujam tanah. Petir menyambar

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 5

Ergodótis kembali ke istana dengan membawa setangkai anggur yang diberikan oleh Evdaimonía. “Hanya setangkai?” tanya Doùlos. “Bersyukurlah karena aku tidak dibunuh sang ratu.” Ergodótis pergi untuk membuatkan minuman dari anggur itu. Doùlos hanya menerima yang sudah jadi, padahal dia bisa saja memakan langsung. Minuman itu jadi namun warnanya lebih pudar dari biasanya. “Bukankah anggur ini sudah matang?” Ergodótis masih bersangka baik. Sebelum menyerahkan kepada sang raja, dia membuka surat yang disembunyikannya sebelumnya. Setelah membaca, dia memahami maksud Evdaimonía. Di satu sisi, dia senang dengan kejutan yang diberikan oleh ratu air ini. Di sisi lainnya, dia harus menanggung risiko dimana yang terbesar adalah dibunuh di tempat. Gelas kristal baru, berisikan anggur diserahkan kepada Doùlos. Dia minum dan langsung menyemburkannya tepat ke wajah Ergodótis. “Apaan ini? Asam!” Anggur itu telah diberi mantra oleh Evdaimonía. Sebenarnya anggur itu belum matang secara sempurna namun man