Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2020

Sahabat - Bagian 12

Izul pun pergi memeluk ibunya, dia seperti berbicara kepada ibunya sambil menujuk Hafidh. Radit pun menyadari sesuatu, kemudian dia berbisik kepada Hafidh. "Nyawamu sepertinya terancam," bisik Radit. "Apa maksudmu?" balas Hafidh "Mereka sepertinya merencanakan sesuatu yang buruk kepadamu" bisik Radit lagi sambil memandang Izul. Ketika mereka ingin menjauh, mereka tidak sengaja menabrak kepala sekolah. "Mengapa dia ada disini?" tanya beliau. "Apa maksud bapak?" tanya Radit. "Kami sudah lama pisah rumah dan Izul ikut bapak. Tapi beberapa bulan ini, bapak merasa ada yang aneh, ternyata Izul lebih memihak ibunya yang jahat entah kenapa." Kepala sekolah mendekati Izul dan Idah. "Apa yang kau mau, Dah?" tanya beliau. "Aku akan membalas apa yang sudah dirasakan anakmu!" "Apa maksudmu?" "Dia," Izul menunjuk Hafidh, "sudah merebut temanku sejak SD, Radit." Hafidh yang kakinya agak pinca...

Sahabat - Bagian 11

Setelah menunggu beberapa saat, Hafidh sadar dan dia bertanya "Dimana aku sekarang?" "UKS," jawab bu Anna singkat. "Siapa yang membawaku kesini?" "Temanmu, Ibu tidak tau namanya tapi itu orangnya," tunjuk bu Anna. Radit hanya tersenyum ketika Hafidh memandangnya. *** Pak Dane dan Fajri sudah tiba di Kantor Polisi. Mereka pun memasukinya. "Ada yang bisa kami bantu?" kata orang yang bertugas disana Pak Dane kemudian menjawab, "Saya—" "Saya mau menyerahkan diri atas percobaan pembunuhan di SMP Pelita," potong Fajri. Pak Dane pun sangat kaget sambil menengok Fajri dan bertanya "Fajri?" Fajri hanya tersenyum "Ada bukti?" Fajri pun mengeluarkan pistolnya, dan meletakkannya di atas meja pelayanan. Dia pun berlutut dan mengangkat kedua tangannya kemudian polisi itu membawanya ke sel tahanan disana. *** "Ayo, kita kembali ke kelas!" jawab Hafidh. "Ayo!" jawab Radit. Hafidh berjalan...

Sahabat - Bagian 10

"Mengapa kau melakukan tembakan tadi?" tanya pak Dane di mobilnya. "Sudah kubilang, diperintah oleh seseorang," jawab Fajri. "Kukira disana masih ada kepala sekolah.” *** "Kamu tidak apa-apa ‘kan?" tanya Hafidh kepada Izul. Izul hanya diam. Pukulan keras melayang dari tangan Izul dan membuat Hafidh tidak sadarkan diri sehingga Radit menyambut tubuhnya. "Orang baik-baik membuatmu berhenti menangis, malah kau hajar!" Izul kemudian lari keluar kelas. "Ada apa dengannya?" kata Radit sedikit kesal. *** Pak Dane cukup terkejut atas jawaban Fajri. "Tunggu dulu, berarti kau—" "Ya, aku menargetkan kepala sekolah," potong Fajri. "Dan aku disuruh oleh istrinya." *** "Sial!" ucap bu Idah membanting ponselnya. Bu Idah adalah istri kepala sekolah. Mereka sudah beberapa bulan berpisah rumah dan Izul ikut ayahnya. "Mengapa ini terjadi? Pasti dianya yang gak becus!" Radit berlari sa...

Sahabat - Bagian 9

"Ah sial! Target bergerak terlalu cepat!" ucap seseorang menelpon. "Ternyata kau—" kata Pak Dane sambil memegang pinggangnya. Pak Dane pergi keluar setelah menjelaskan kepada Radit. Hafidh dan Radit pun melihat lewat jendela. "Fajri!" "Apa yang kau lakukan disini?" tanya pak Dane. "Aku hanya melakukan tugasku," jawab Fajri. Fajri, adalah teman lama Pak Dane yang berkhianat setelah sekian lama pertemanan mereka itu. Sekarang, Fajri adalah salah satu orang yang agak dibenci Pak Dane. "Tugas apa?" tanya pak Dane lagi. "Itu rahasia," jawab Fajri. "Beri tahu atau tidak?!" "Kalau tidak—" Pak Dane mengeluarkan pistol dari sakunya. Dia memilikinya secara legal. Fajri berlutut, melempar pistolnya entah kemana, dan mengangkat tangannya. Ketika pak Dane mendekat, Fajri meninjunya. Pak Dane tidak terlihat kesakitan. "Bagaimana bisa?" tanya Fajri heran. "Kau ini sungguh pelupa." ...

Sahabat - Bagian 8

"Izul!" teriak pak Dane membangunkan Izul. Namun Izul tidak bangun-bangun juga. Radit pun sedikit tertawa. Tiba-tiba pak Dane melihat ke arah semua siswa, dia menutup mulutnya dengan telunjuknya, memerintahkan untuk diam. Kelas sembilan saat itu benar-benar sunyi. Kepala sekolah yang menunggu di luar memasuki kelas itu. Beliau mencoba membangunkan Izul. Dia seperti bangun namun matanya masih terpejam, menolak untuk dibangunkan. Dia membuka matanya dan kaget karena ada kepala sekolah di hadapannya. Beberapa murid menertawakan namun pak Dane hanya tersenyum. "Benar kan?" tanya pak Dane kepada kepala sekolah yang dijawab dengan anggukan. "Ada apa kau ini? Gurumu sedang menjelaskan, malah tidur kau ini!" Kepala sekolah memarahi Izul. "Penjelasannya terlalu panjang dan kurang jelas lagi, ditambah mataku ngantuk jadi tidur aja," sahut Izul dengan santainya. "Kalau penjelasannya kurang jelas, nanya dong! Jangan malah tidur! Ini yang membuat nilaimu...

Sahabat - Bagian 7

Dane adalah seorang bule dengan kewarganegaraan Indonesia yang menjadi guru Bahasa Inggris yang baru di SMP Pelita. Beliau bercerita bahwa beliau tidak dibayar sampai keadaan ekonomi sekolah membaik. Hari itu beliau melanjutkan pelajaran tenses yang tertunda hingga waktu istirahat tiba. Banyak siswa yang tadinya hanya tidur berlarian keluar dari kelas ketika mendengar bel istirahat berbunyi. Moral mereka benar-benar menurun karena pak Dane bahkan belum selesai menutup pelajaran. Beliau hanya tersenyum dan mengambil buku di mejanya kemudian keluar kelas. Hafidh dan Radit keluar dan berjalan di belakang pak Dane dengan santai. Pak Dane rupanya menyadari kehadiran mereka dan menyapa, "Hai! Siapa nama kalian?" Radit memperkenalkan dirinya dan Hafidh. Beliau hanya mengangguk kemudian mereka berpisah jalan karena Radit dan Hafidh akan menuju kantin sementara pak Dane menuju kantor. *** "Hei Dane, seharusnya jadi guru itu objektif!" ucap kepala sekolah saat Pak Dane memasu...

Sahabat - Bagian 6

"Hari ini, kita akan belajar sedikit tentang tenses ," ucap guru Bahasa Inggris. "Baik pak," sahut para murid. Tiba-tiba, terdengar suara "Pengumuman! Untuk semua guru diharapkan kembali ke kantor sebentar. Terima kasih." "Karena pengumuman itu, saya pergi sebentar. Jangan ribut ya!" Guru Bahasa Inggris itu kemudian meninggalkan kelas untuk menuju kantor. Setibanya di sana, "Ada apa?" tanya beliau. "Keadaan ekonomi sekolah kita sedang tidak stabil. Beberapa dari kalian akan diganti." Rapat berlangsung cukup lama dan terpilihlah guru Bahasa Inggris dan Indonesia. Kabar tersebut terdengar oleh setiap kelas. "Hafidh, kamu sudah mendengar tentang penggantian guru Bahasa Indonesia?" "Guru Bahasa Inggris juga ‘kan? Ya, aku mendengarnya." Radit kemudian menanyakan pendapat Hafidh dan dia menjawab biasa saja. "Jadi kamu tidak marah? Setelah Guru Bahasa Indonesia yang terdahulu itu pilih kasih terhadap ana...

Sahabat - Bagian 5

Belum sempat dia membuka pintu kelasnya, sudah terdengar keributan dari dalam kelas. "Aku rasa aku tahu apa yang dirasakan Hafidh sekarang," gumam Radit. Dia kemudian masuk ke kelas dengan senyuman dan suasana kembali hening. "Tenanglah, Fidh. Aku memberikan solusi untukmu." Tak lama kemudian, guru Bahasa Inggris datang. " Good morning, my students !" sapa beliau. " Good morning, sir !" jawab semuanya. " How are you today ?" " I'm fine, and you ?" " I'm fine too, thank you ." Bersambung

Sahabat - Bagian 4

"Emangnya ada apa sih?" tanya Radit ketika sampai di depan pagar. "Bukannya ruangan itu tidak terawat dan dikunci, pasti bagian dalam tidak terawat. Ketika kau membersihkan jendela dari luar, bukannya orang sering membersihkan jendela biasanya. Berarti debu itu dari dalam. Lah, kenapa bisa bersih jika kamu membersihkannya dari luar?" Mereka hanya terdiam pucat kemudian bergegas pulang ke rumah masing-masing. Juli 2016 - Dua tahun setelah kejadian itu, dimana mereka sekarang duduk di kelas sembilan atau tiga SMP, namun keadaan makin buruk. Kebandelan murid-murid bandel sungguh sangat mengganggu ketenangan kelas. Seandainya Hafidh dapat menegur namun dia tidak memiliki kekuasaan untuk melakukan hal tersebut. Hafidh memilih untuk keluar dari kelas sebentar, sepertinya ke toilet dan Radit mengikutinya. Ruangan toilet juga menyediakan tempat cuci tangan. Hafidh ke toilet hanya untuk mencuci tangan dan membasuh kepalanya. "Kelas macam apa ini!" Hafidh terlihat s...

Sahabat - Bagian 3

“Silahkan masuk,” sambut Hafidh. “Siapa itu?” tanya ibu Hafidh. “Teman sekelas, bu.” “Duduk sebelahan lagi,” ucap Radit kemudian tertawa kecil. “Tumben belum ganti baju.” “Iya nih, kecapekan,” jawab Hafidh. “Lah, bukannya tadi sebentar saja di sekolah?” tanya Radit. Hafidh beralasan cuacanya panas dan meminta Radit untuk menunggu di teras sementara dia mengganti baju. “Maaf lama menunggu,” ucap Hafidh. “Ya, gapapa .” Mereka kemudian berniat untuk kembali ke sekolah untuk sekadar jalan-jalan. Hafidh masuk sebentar ke rumah untuk meminta izin kepada ibunya. “Oke, tapi jangan lama-lama,” kata ibu Hafidh. Mereka kemudian berjalan menuju sekolah. *** Selama perjalanan, Radit menanyai Hafidh alasan dia memilih SMP Pelita. “Sekolah lain dengan jenjang yang sama terlalu jauh untuk dituju.” Radit hanya mengangguk seolah memahami. Hafidh menanyakan alasan mereka menu...