Langsung ke konten utama

Sahabat - Bagian 12

Izul pun pergi memeluk ibunya, dia seperti berbicara kepada ibunya sambil menujuk Hafidh. Radit pun menyadari sesuatu, kemudian dia berbisik kepada Hafidh.



"Nyawamu sepertinya terancam," bisik Radit.



"Apa maksudmu?" balas Hafidh



"Mereka sepertinya merencanakan sesuatu yang buruk kepadamu" bisik Radit lagi sambil memandang Izul.



Ketika mereka ingin menjauh, mereka tidak sengaja menabrak kepala sekolah. "Mengapa dia ada disini?" tanya beliau.



"Apa maksud bapak?" tanya Radit.



"Kami sudah lama pisah rumah dan Izul ikut bapak. Tapi beberapa bulan ini, bapak merasa ada yang aneh, ternyata Izul lebih memihak ibunya yang jahat entah kenapa."



Kepala sekolah mendekati Izul dan Idah. "Apa yang kau mau, Dah?" tanya beliau.



"Aku akan membalas apa yang sudah dirasakan anakmu!"



"Apa maksudmu?"



"Dia," Izul menunjuk Hafidh, "sudah merebut temanku sejak SD, Radit."



Hafidh yang kakinya agak pincang tadi mencoba mendekati Izul untuk meminta maaf karena merasa bersalah. Ketika dia berlari menuju mereka, dia jatuh di tengah jalan dan Radit menghampirinya. "Kamu tidak apa-apa?"



"Aku hanya tersandung," jawab Hafidh.



"Kamu berbohong," ucap kepala sekolah.



***



Kelas enam di MI Nusa Jaya, Hafidh mencederai lututnya saat turnamen sepakbola. Sempat sembuh, sampai pukulan yang membuatnya tidak sadar itu membuatnya jatuh dan lututnya kembali cedera meskipun dia disambut Radit saat itu.



Kepala sekolah SMP Pelita hadir saat turnamen itu dan menyaksikan dengan kedua matanya sendiri Hafidh mencederai lututnya. "Tunggu, bagaimana bisa cedera?" tanya Radit.



BERSAMBUNG

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 10

Sekarang, pria bertopeng itu berada di area peperangan. Dia membawa busur dan panah miliknya, mengambil di pohon yang puncaknya sudah terbakar akibat tersambar petir. Terompet ditiupkan, suaranya menggema. Peperangan dimulai dan dengan biadabnya para prajurit negara api menyerang lebih dahulu. Suara pedang beradu mericuhkan suasana. Pria bertopeng juga menarik pedang dari sabuknya dan mulai bertarung. Doúlos sedang berada di puncak benteng merasa khawatir karena melihat prajuritnya berguguran di tangan pria bertopeng itu. Dia membuka sebuah buku di tangannya. Sepertinya mengandung mantra yang sering digunakan mendiang Kalós. “Kaíne to!” Sebuah panah mengenai mahkota Kalós dan jatuh dari atas benteng. Fotía ternyata berada di sana dan berhasil menangkapnya kemudian berlari. Doúlos melepas perisai wajahnya untuk ke bawah, “Rupanya kamu!” Dia mencoba untuk memerintahkan pasukannya menyerang Fotía yang mencoba berlari....

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai ...

Aku Kembali!

Halo!  @mnafisalmukhdi1  disini. Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja.  Ada kabar bagus nih untuk blog ini! Aku kembali! Ya, setelah sekian lama aku tidak memposting apapun sama sekali dalam blog ini, kembali menghidupkannya adalah pilihan terbaik. Rencana utama dari kembalinya aku adalah merevisi total semua cerita yang ada di blog ini. Dukung aku selalu. Salam.