Izul pun pergi memeluk ibunya, dia seperti berbicara kepada ibunya sambil menujuk Hafidh. Radit pun menyadari sesuatu, kemudian dia berbisik kepada Hafidh.
"Nyawamu sepertinya terancam," bisik Radit.
"Apa maksudmu?" balas Hafidh
"Mereka sepertinya merencanakan sesuatu yang buruk kepadamu" bisik Radit lagi sambil memandang Izul.
Ketika mereka ingin menjauh, mereka tidak sengaja menabrak kepala sekolah. "Mengapa dia ada disini?" tanya beliau.
"Apa maksud bapak?" tanya Radit.
"Kami sudah lama pisah rumah dan Izul ikut bapak. Tapi beberapa bulan ini, bapak merasa ada yang aneh, ternyata Izul lebih memihak ibunya yang jahat entah kenapa."
Kepala sekolah mendekati Izul dan Idah. "Apa yang kau mau, Dah?" tanya beliau.
"Aku akan membalas apa yang sudah dirasakan anakmu!"
"Apa maksudmu?"
"Dia," Izul menunjuk Hafidh, "sudah merebut temanku sejak SD, Radit."
Hafidh yang kakinya agak pincang tadi mencoba mendekati Izul untuk meminta maaf karena merasa bersalah. Ketika dia berlari menuju mereka, dia jatuh di tengah jalan dan Radit menghampirinya. "Kamu tidak apa-apa?"
"Aku hanya tersandung," jawab Hafidh.
"Kamu berbohong," ucap kepala sekolah.
***
Kelas enam di MI Nusa Jaya, Hafidh mencederai lututnya saat turnamen sepakbola. Sempat sembuh, sampai pukulan yang membuatnya tidak sadar itu membuatnya jatuh dan lututnya kembali cedera meskipun dia disambut Radit saat itu.
Kepala sekolah SMP Pelita hadir saat turnamen itu dan menyaksikan dengan kedua matanya sendiri Hafidh mencederai lututnya. "Tunggu, bagaimana bisa cedera?" tanya Radit.
BERSAMBUNG
Komentar
Posting Komentar