"Mengapa kau melakukan tembakan tadi?" tanya pak Dane di mobilnya.
"Sudah kubilang, diperintah oleh seseorang," jawab Fajri. "Kukira disana masih ada kepala sekolah.”
***
"Kamu tidak apa-apa ‘kan?" tanya Hafidh kepada Izul. Izul hanya diam.
Pukulan keras melayang dari tangan Izul dan membuat Hafidh tidak sadarkan diri sehingga Radit menyambut tubuhnya. "Orang baik-baik membuatmu berhenti menangis, malah kau hajar!"
Izul kemudian lari keluar kelas. "Ada apa dengannya?" kata Radit sedikit kesal.
***
Pak Dane cukup terkejut atas jawaban Fajri. "Tunggu dulu, berarti kau—"
"Ya, aku menargetkan kepala sekolah," potong Fajri. "Dan aku disuruh oleh istrinya."
***
"Sial!" ucap bu Idah membanting ponselnya.
Bu Idah adalah istri kepala sekolah. Mereka sudah beberapa bulan berpisah rumah dan Izul ikut ayahnya. "Mengapa ini terjadi? Pasti dianya yang gak becus!"
Radit berlari sambil menggendong Hafidh yang masih tidak sadarkan diri di punggungnya. Di dalam UKS, sudah ada bu Anna yang menunggu. Bu Anna, adalah perawat yang pernah bekerja di RS Jaya Abadi. Namun beliau dipecat entah kenapa.
"Ah, kebetulan sekali," kata Radit sambil meletakkan Hafidh ke atas kasur yang ada di UKS.
"Ada apa dengannya?" kata Bu Anna
"Dia dipukul oleh Izul." Bu Anna sempat tidak percaya namun Radit meyakinkan beliau.
Bersambung
Komentar
Posting Komentar