Langsung ke konten utama

Sahabat - Bagian 3

“Silahkan masuk,” sambut Hafidh.



“Siapa itu?” tanya ibu Hafidh.



“Teman sekelas, bu.”



“Duduk sebelahan lagi,” ucap Radit kemudian tertawa kecil. “Tumben belum ganti baju.”



“Iya nih, kecapekan,” jawab Hafidh.



“Lah, bukannya tadi sebentar saja di sekolah?” tanya Radit.



Hafidh beralasan cuacanya panas dan meminta Radit untuk menunggu di teras sementara dia mengganti baju. “Maaf lama menunggu,” ucap Hafidh.



“Ya, gapapa.” Mereka kemudian berniat untuk kembali ke sekolah untuk sekadar jalan-jalan.



Hafidh masuk sebentar ke rumah untuk meminta izin kepada ibunya. “Oke, tapi jangan lama-lama,” kata ibu Hafidh. Mereka kemudian berjalan menuju sekolah.



***



Selama perjalanan, Radit menanyai Hafidh alasan dia memilih SMP Pelita. “Sekolah lain dengan jenjang yang sama terlalu jauh untuk dituju.” Radit hanya mengangguk seolah memahami.



Hafidh menanyakan alasan mereka menuju sekolah. “Aku ingin lebih tau lagi. Pagi tadi selalu sebentar.”



Sesampainya di sekolah, mereka langsung mengarah ke kelas. Dari sana, mereka mengetahui bahwa satu kelas akan dibagi lagi sampai C. Siswa yang banyak di sekolah yang sama menjelaskan hal tersebut terjadi.



Mereka terus berjalan di sekolah itu untuk melihat ruangan-ruangan lain. Mereka melihat kantor guru, toilet, kantin, ada UKS.



Tapi ada satu ruangan yang aneh. Ruangan itu di atas pintunya ada papan putih bertuliskan Gudang. Di bawah tulisan itu ada lagi tulisan kecil yakni “Ruangan ini sudah tak terawat karena angker.”



Radit mendekati ruangan itu, melihat ke dalam melalui jendela dan menyapu debu dengan tangannya. “Di dalam tidak ada—”



Hafidh langsung menarik Radit untuk menjauh dari ruangan itu.



“Memangnya ada apa?” tanya Radit.



“Nanti kujelaskan,” ucap Hafidh sambil menarik Radit hingga gerbang sekolah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Kembali!

Halo!  @mnafisalmukhdi1  disini. Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja.  Ada kabar bagus nih untuk blog ini! Aku kembali! Ya, setelah sekian lama aku tidak memposting apapun sama sekali dalam blog ini, kembali menghidupkannya adalah pilihan terbaik. Rencana utama dari kembalinya aku adalah merevisi total semua cerita yang ada di blog ini. Dukung aku selalu. Salam.

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai ...

Semakin - Season 2 - Episode 17

Episode 17 "Orang-orang ini adalah yang berkaitan dengan si remaja, kecuali si pria tua ini, dia adalah anak kita dimasa depan" kata si ibu "Oke" kata si ayah Allahu Akbar, Allahu Akbar Sudah terdengar azan ashar "Kami pulang dulu, ya" kata teman si remaja dan si gadis "Silahkan" kata si pria tua "Tunggu, kau tinggal disini?" kata si ayah "Tidak, aku juga punya rumah" kata si pria tua "Lantas, mengapa kau tetap disini?" kata si ayah "Aku sedikit bingung, orang yang sama, tapi sifatnya bisa berbeda, berbeda denganku, berbeda dengan si remaja" kata si pria tua "Ah sudahlah, aku pulang dulu" lanjut si pria tua "Oke" kata mereka Rumah menjadi sunyi "Nak, ayo bangun" kata si ibu Si anak pun bangun. "Ada apa" kata si anak "Sudah Ashar" kata si ibu Si anak pun pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah itu si ayah. Si anak shalat di kamarnya, setelah shalat dia kemb...