“Silahkan masuk,” sambut Hafidh.
“Siapa itu?” tanya ibu Hafidh.
“Teman sekelas, bu.”
“Duduk sebelahan lagi,” ucap Radit kemudian tertawa kecil. “Tumben belum ganti baju.”
“Iya nih, kecapekan,” jawab Hafidh.
“Lah, bukannya tadi sebentar saja di sekolah?” tanya Radit.
Hafidh beralasan cuacanya panas dan meminta Radit untuk menunggu di teras sementara dia mengganti baju. “Maaf lama menunggu,” ucap Hafidh.
“Ya, gapapa.” Mereka kemudian berniat untuk kembali ke sekolah untuk sekadar jalan-jalan.
Hafidh masuk sebentar ke rumah untuk meminta izin kepada ibunya. “Oke, tapi jangan lama-lama,” kata ibu Hafidh. Mereka kemudian berjalan menuju sekolah.
***
Selama perjalanan, Radit menanyai Hafidh alasan dia memilih SMP Pelita. “Sekolah lain dengan jenjang yang sama terlalu jauh untuk dituju.” Radit hanya mengangguk seolah memahami.
Hafidh menanyakan alasan mereka menuju sekolah. “Aku ingin lebih tau lagi. Pagi tadi selalu sebentar.”
Sesampainya di sekolah, mereka langsung mengarah ke kelas. Dari sana, mereka mengetahui bahwa satu kelas akan dibagi lagi sampai C. Siswa yang banyak di sekolah yang sama menjelaskan hal tersebut terjadi.
Mereka terus berjalan di sekolah itu untuk melihat ruangan-ruangan lain. Mereka melihat kantor guru, toilet, kantin, ada UKS.
Tapi ada satu ruangan yang aneh. Ruangan itu di atas pintunya ada papan putih bertuliskan Gudang. Di bawah tulisan itu ada lagi tulisan kecil yakni “Ruangan ini sudah tak terawat karena angker.”
Radit mendekati ruangan itu, melihat ke dalam melalui jendela dan menyapu debu dengan tangannya. “Di dalam tidak ada—”
Hafidh langsung menarik Radit untuk menjauh dari ruangan itu.
“Memangnya ada apa?” tanya Radit.
“Nanti kujelaskan,” ucap Hafidh sambil menarik Radit hingga gerbang sekolah.
Komentar
Posting Komentar