Langsung ke konten utama

Semakin - Season 3 - Episode 9

Episode 9



*alur dipercepat

Akhirnya tiba pulang sekolah

Iwan bergegas untuk pulang

Namun di tengah jalan....

Brakk.....

Kecelakaan terjadi

.

.

.

"Dimana aku sekarang?" tanya Iwan

"Di rumah sakit" kata seorang dokter

"Kenapa aku berada di rumah sakit?" tanya Iwan lagi

"Kau ditabrak mobil" kata dokter

"Untung kau masih bisa hidup" lanjut dokter

"Aku pengen pulang ke rumah" kata Iwan

"Tenang, kamu harus istirahat. Ada kok orang tuamu di luar" kata dokter

"Mana mereka" kata Iwan sambil bangun

"Tunggu, kakiku terasa kaku" kata Iwan

"Berarti kau lumpuh" kata dokter

"Apa?" kata Iwan

"Salahmu juga lari saat menyeberang" kata ayah Iwan

"Iya juga ya" kata Iwan

"Tunggu, bagaimana ayah tau" lanjut Iwan

"Ayah kan pulang dari bekerja juga, nah, ayah melihat Iwan menyeberang, kemudian ada yang mencoba menyalip ayah dan menabrak Iwan" kata ayah Iwan

"Oh" kata Iwan

.

.

"Kami mau memberi kejutan" kata orang tua Iwan

"Kejutan apa?" kata Iwan

"Dokter yang menanganimu itu kakakmu" kata ibu Iwan

"Hai" kata Dokter

"Hai kak, senang bertemu" kata Iwan

"Senang bertemu denganmu juga" kata Dokter

.

.

.

"Bangun" kata seseorang

"Ya apa" kata Iwan

"Kami semuanya datang untuk menjengukmu" kata teman Iwan

"Wah wah wah" kata Iwan

"Kakiku masih terasa kaku" lanjut Iwan

"Tenang, dan berdoalah semoga sembuh" kata teman Iwan

.

.

.

.

.

"Hedeh, disini membosankan juga" kata Iwan

"Hai" kata Dokter

"Hai kak" kata Iwan

"Bagaimana keadaanmu?" kata Dokter

"Kakiku masih terasa kaku" kata Iwan

"Hmm... Ya kita lihat kelanjutannya nanti" kata Dokter

.

.

.

.

"Kaki kananku, sudah tidak kaku lagi" kata Iwan

"Wah, itu kabar yang bagus" kata ibu Iwan

.

.

.

.

.

"Kaki kiriku juga tidak kaku lagi" kata Iwan

"Akhirnya aku dapat bergerak" lanjut Iwan

"Eittt, tunggu dulu. Kamu harus beristirahat sehari lagi, jadi lusa, kamu boleh berjalan sepuasnya" kata Dokter

"Baik kak" kata Iwan

.

.

.

.

.

"Terimakasih atas perawatannya" kata Iwan

"Tentu, dan itu gratis untukmu" kata Dokter

"Wah, terimakasih banyak" kata Iwan

.

.

.

.

"Akhirnya bisa nonton tv juga" kata Iwan

"Udah terlalu bosan" lanjut Iwan

"Aku ingin tau, bagaimana keadaan anakku, aku yang remaja, kak Azmi, dan kak Dinda" lanjut Iwan lagi

.

.

.

.

"Ayah, ampuni aku" kata Nawi

"Ada apa?" kata Iwan

"Setiap hari yang kudapat hanyalah kesialan belaka, jadi ampuni aku, Yah" kata Nawi

"Akhirnya, kau mengakuiku sebagai ayahmu. Ku ampuni dirimu" kata Iwan

"Terimakasih banyak Yah" kata Nawi

.

.

.

.

"Hai" kata si Remaja

"Halo" kata Azmi

"Hai juga" kata Iwan

"Kabarmu baik kan?" kata si Remaja

"Baik" kata Iwan

"Alhamdu..." kata Azmi

"Lillah" kata si Remaja

Mereka pun tertawa

"Hai" kata Dinda

"Hai juga kak" kata Iwan

"Tumben pakai hijab" lanjut Iwan

"Iya dong" kata Dinda

.

.

.

.

.

Kalian pasti tau, mengapa saya menulis ceritanya seperti ini. Ya, saya ingin menamatkan cerita ini. Oleh karena itu, saya beri 1 episode spesial, dan cerita ini saya nyatakan


Tamat

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 10

Sekarang, pria bertopeng itu berada di area peperangan. Dia membawa busur dan panah miliknya, mengambil di pohon yang puncaknya sudah terbakar akibat tersambar petir. Terompet ditiupkan, suaranya menggema. Peperangan dimulai dan dengan biadabnya para prajurit negara api menyerang lebih dahulu. Suara pedang beradu mericuhkan suasana. Pria bertopeng juga menarik pedang dari sabuknya dan mulai bertarung. Doúlos sedang berada di puncak benteng merasa khawatir karena melihat prajuritnya berguguran di tangan pria bertopeng itu. Dia membuka sebuah buku di tangannya. Sepertinya mengandung mantra yang sering digunakan mendiang Kalós. “Kaíne to!” Sebuah panah mengenai mahkota Kalós dan jatuh dari atas benteng. Fotía ternyata berada di sana dan berhasil menangkapnya kemudian berlari. Doúlos melepas perisai wajahnya untuk ke bawah, “Rupanya kamu!” Dia mencoba untuk memerintahkan pasukannya menyerang Fotía yang mencoba berlari....

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai ...

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 8

Pria itu bersiul memanggil kudanya. Seekor kuda putih berlari mengejar pria itu. Mereka terus berlari sampai sang pria menaiki kudanya. “Aku merasa pernah melihat kuda itu, tapi milik siapa?” tanya seorang warga dari negara air. *** Fotiá sedang di kamar, menyisir rambutnya. Tiba-tiba seseorang pria mendobrak pintunya dan masuk. Fotia akan berteriak namun mulutnya ditutup. “Tenanglah, kamu mengenalku.” Dia adalah pria yang berlari tadi. Entah bagaimana caranya bisa mencapai istana api. Dia membersihkan dedaunan di wajahnya dan Fotiá terlihat kaget. “Kenapa kamu ada disini?” “Aku ingin berlindung sebentar. Dimana ayahmu?” “Ayahku meninggal, dibunuh Doulós. Sekarang dia mengangkat dirinya sendiri sebagai raja.” Fotiá terlihat sangat marah. “Aku turut berduka cita. Dimana dia?” “Benteng,” jawab Fotiá singkat. “Apa yang dia lakukan disana?” “Perang dengan ...