Langsung ke konten utama

Sahabat - Bagian 6

Bagian 6



"Sekolah ini sama sekali tidak mengajarkan yang namanya toleransi"

Ucapan Guru Bahasa Inggris yang sangat mengejutkan semua siswa. Bahkan siswa yang tertidur langsung terbangun karena ucapan beliau

Dane, Guru Bahasa Inggris yang baru, namun beliau tahu atas kejadian di SMP Pelita ini

Ya, 'bule' yang sudah lama tinggal di Indonesia. Tentunya kewarganegaraan beliau Indonesia

"Tidak ada kah yang belajar PKN?. Seharusnya di pelajaran PKN itu ada pelajaran tentang toleransi" kata Pak Dane

Hafidh pun memberanikan diri untuk berdiri

"Ya, ada apa Fidh?" kata Pak Dane

"Gimana mau belajar?. Gurunya kurang serius dalam mengajar" kata Hafidh dengan suara lantang

"Kurang serius?. Ya, saya sudah mengetahui hal itu Fidh. Biarlah kali ini saya serius" kata Pak Dane

Beberapa menit kemudian

"Waktu istirahat telah tiba"

Suara bel istirahat

Semua orang langsung berlarian keluar dari kelas

Sementara Hafidh hanya berjalan santai di belakang Pak Dane

"Hai Fidh" kata Pak Dane

"Ya Pak" kata Hafidh

"Kamu ini orang yang berani ya" kata Pak Dane sambil mengelus kepala Hafidh

Hafidh pun memandang wajah Pak Dane. Tinggi Hafidh selisih 30cm (lebih rendah) dari Pak Dane. Pak Dane ini orang yang tinggi.

Wajah Pak Dane tersenyum. Dengan kacamata yang terpasang.

Kemudian Pak Dane secara tiba-tiba bertanya, "Apa agamamu?"

"Agamaku Islam, mungkin aku satu-satunya yang Islam di sekolah ini" kata Hafidh

"Owh Islam...." kata Pak Dane

Hafidh dan Pak Dane pun berpisah, tanpa sempat Hafidh menanyakan balik agama Pak Dane

"Hei Dane, seharusnya jadi guru itu objektif. Jangan mentang-mentang Islam hanya menemani murid yang Islam" kata Kepala Sekolah saat Pak Dane memasuki kantor guru

"Saya bukan objektif, tapi dia memang seru diajak bicara" kata Pak Dane

"Sedangkan murid yang lainnya banyak yang pada ketiduran" lanjut Pak Dane

"Kenapa tidak kau tegur yang tidur itu?" kata Kepala Sekolah

"Sudah saya tegur, malah melawan Pak" kata Pak Dane

"Hmm" kata Kepala Sekolah

"Bagaimana keadaannya sekarang?" lanjut Kepala Sekolah

"Mendengar bel istirahat, dia langsung segar dan orang pertama yang keluar kelas" kata Pak Dane

"Hmm... Setelah istirahat ini masih pelajaranmu kan?. Aku akan memberi kejutan" kata Kepala Sekolah sambil berkedip

.

"Waktu istirahat telah berakhir"

Bel yang menyatakan waktu istirahat telah berakhir

.

Semua siswa sudah berada di kelas

Pak Dane pun memasuki kelas 3 lagi

"Selamat pagi semua" kata Pak Dane

"Selamat pagi" kata semua

Setelah meletakkan tas ke atas meja, Pak Dane kembali melanjutkan penjelasan pelajaran yang tercampur dengan curhatannya tadi

10 menit kemudian

"Oalah, baru 10 menit udah ada yang tidur" kata Pak Dane

Bersambung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 10

Sekarang, pria bertopeng itu berada di area peperangan. Dia membawa busur dan panah miliknya, mengambil di pohon yang puncaknya sudah terbakar akibat tersambar petir. Terompet ditiupkan, suaranya menggema. Peperangan dimulai dan dengan biadabnya para prajurit negara api menyerang lebih dahulu. Suara pedang beradu mericuhkan suasana. Pria bertopeng juga menarik pedang dari sabuknya dan mulai bertarung. Doúlos sedang berada di puncak benteng merasa khawatir karena melihat prajuritnya berguguran di tangan pria bertopeng itu. Dia membuka sebuah buku di tangannya. Sepertinya mengandung mantra yang sering digunakan mendiang Kalós. “Kaíne to!” Sebuah panah mengenai mahkota Kalós dan jatuh dari atas benteng. Fotía ternyata berada di sana dan berhasil menangkapnya kemudian berlari. Doúlos melepas perisai wajahnya untuk ke bawah, “Rupanya kamu!” Dia mencoba untuk memerintahkan pasukannya menyerang Fotía yang mencoba berlari....

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai ...

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 8

Pria itu bersiul memanggil kudanya. Seekor kuda putih berlari mengejar pria itu. Mereka terus berlari sampai sang pria menaiki kudanya. “Aku merasa pernah melihat kuda itu, tapi milik siapa?” tanya seorang warga dari negara air. *** Fotiá sedang di kamar, menyisir rambutnya. Tiba-tiba seseorang pria mendobrak pintunya dan masuk. Fotia akan berteriak namun mulutnya ditutup. “Tenanglah, kamu mengenalku.” Dia adalah pria yang berlari tadi. Entah bagaimana caranya bisa mencapai istana api. Dia membersihkan dedaunan di wajahnya dan Fotiá terlihat kaget. “Kenapa kamu ada disini?” “Aku ingin berlindung sebentar. Dimana ayahmu?” “Ayahku meninggal, dibunuh Doulós. Sekarang dia mengangkat dirinya sendiri sebagai raja.” Fotiá terlihat sangat marah. “Aku turut berduka cita. Dimana dia?” “Benteng,” jawab Fotiá singkat. “Apa yang dia lakukan disana?” “Perang dengan ...