Langsung ke konten utama

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 6

Ergodótis berlari menuju kudanya. “Raja kita akan mengadakan perang dengan negara air! Persiapkan diri kalian!” ucapnya sesaat setelah menaiki kudanya. Dia berkendara kemudian.



Berita itu kemudian disebarkan, pasar di perbatasan mulai ricuh. Para pedagang dengan lekas membersihkan toko mereka karena sangat yakin perang akan berlangsung disini.



Aneh karena bukannya kembali, Ergodótis malah meneruskan perjalanannya. Dari kejauhan terlihat dia mengarah ke istana negara air.



Ergodótis sempat ditahan oleh para penjaga namun Evdaimonía yang keluar dari istana memerintahkan agar dilepas sehingga mereka dapat berbicara.



“Bagaimana tanggapan rajamu?” tanya Evdaimonía.



“Dia terlihat sangat tidak menyukainya sehingga ingin mengadakan perang antar kerajaan.”



“Perang? Tidak bisa, kami lebih baik meminta maaf dan mundur daripada–”



“Warga kita di perbatasan sudah berjatuhan, paduka ratu!” ucap seorang warga negara air yang singgah dan hampir terjatuh karena tadinya mengendarai kuda dengan laju.



“Mereka juga sudah membangun benteng di dekat perbatasan!" lanjutnya kemudian pergi. Nampaknya dia salah satu di antara para pejuang yang mempertahankan negara air di perbatasan.



Evdaimonía kemudian memasuki istana dan memasuki sebuah ruangan. Sebuah meja dengan buku tua terletak tepat di tengah ruangan itu, dikelilingi oleh banyak rak berisikan buku lainnya.



Buku tua itu adalah kitab pedoman mereka, Agios. Evdaimonía yakin ada halaman yang mungkin menyatakan sesuatu yang membantu mereka.



Bab Alítheia, pasal kedua berbunyi:

“Ketika dua orang bersaudara berperang, maka Kami akan mengirimkan penengah tanpa identitas untuk membantu pihak yang telah membagikan kebaikan kepada manusia.”



Sang ratu teringat bahwa Kalòs suaminya pernah memenjarakan seorang ahli tafsir tepat di bawah istana. Dia membawa kitab itu kemudian. “Hei, kamu. Sekarang negara kita dalam keadaan genting dan aku memerlukan bantuanmu.”



“Tidak mau. Aku sudah nyaman tinggal disini karena semakin mendekatkanku dengan Tuhan.” Dia kemudian memalingkan diri, mungkin karena kekesalannya.



“Jawablah pertanyaan dariku maka kamu akan dibebaskan,” ucap Evdaimonía. “Aku ingin kamu menjelaskan maksud pernyataan dari kitab ini.” Dia menunjukkan kitab itu.



“Dialah yang kita kenal dengan Pria Bertopeng dari Surga. Temukan dia segera, aku yakin Tuhan tidak memerlukan waktu lama untuk mengirimnya.”



“Baiklah, kamu saya bebaskan. Tapi untuk tinggal disini, itu terserah kamu.” Evdaimonía membuka kunci penjara itu. “Dan jika kamu lebih dulu menemukannya, kabari kami.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 10

Sekarang, pria bertopeng itu berada di area peperangan. Dia membawa busur dan panah miliknya, mengambil di pohon yang puncaknya sudah terbakar akibat tersambar petir. Terompet ditiupkan, suaranya menggema. Peperangan dimulai dan dengan biadabnya para prajurit negara api menyerang lebih dahulu. Suara pedang beradu mericuhkan suasana. Pria bertopeng juga menarik pedang dari sabuknya dan mulai bertarung. Doúlos sedang berada di puncak benteng merasa khawatir karena melihat prajuritnya berguguran di tangan pria bertopeng itu. Dia membuka sebuah buku di tangannya. Sepertinya mengandung mantra yang sering digunakan mendiang Kalós. “Kaíne to!” Sebuah panah mengenai mahkota Kalós dan jatuh dari atas benteng. Fotía ternyata berada di sana dan berhasil menangkapnya kemudian berlari. Doúlos melepas perisai wajahnya untuk ke bawah, “Rupanya kamu!” Dia mencoba untuk memerintahkan pasukannya menyerang Fotía yang mencoba berlari....

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai ...

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 8

Pria itu bersiul memanggil kudanya. Seekor kuda putih berlari mengejar pria itu. Mereka terus berlari sampai sang pria menaiki kudanya. “Aku merasa pernah melihat kuda itu, tapi milik siapa?” tanya seorang warga dari negara air. *** Fotiá sedang di kamar, menyisir rambutnya. Tiba-tiba seseorang pria mendobrak pintunya dan masuk. Fotia akan berteriak namun mulutnya ditutup. “Tenanglah, kamu mengenalku.” Dia adalah pria yang berlari tadi. Entah bagaimana caranya bisa mencapai istana api. Dia membersihkan dedaunan di wajahnya dan Fotiá terlihat kaget. “Kenapa kamu ada disini?” “Aku ingin berlindung sebentar. Dimana ayahmu?” “Ayahku meninggal, dibunuh Doulós. Sekarang dia mengangkat dirinya sendiri sebagai raja.” Fotiá terlihat sangat marah. “Aku turut berduka cita. Dimana dia?” “Benteng,” jawab Fotiá singkat. “Apa yang dia lakukan disana?” “Perang dengan ...