Keesokan harinya, Hafidh melaporkan hal tersebut kepada kepala sekolah. Beliau sempat melarang dengan alasan bahwa ujian akhir akan dilaksanakan pekan depan. Ketika mengetahui bahwa rumah Hafidh dekat dengan sekolah, beliau minta dibawa untuk berbicara mengenai hal ini dengan orang tuanya. Radit yang bersama Hafidh saat dia melapor meminta untuk ikut dan mereka memperbolehkan.
***
"Apa alasan rumah ini dihancurkan, ibunya Hafidh?" tanya kepala sekolah.
"Biaya sewa rumah terlalu mahal sedangkan uang kami harus dibagikan juga kepada operasi lutut Hafidh yang kambuh lagi," jawab ibu Hafidh. "Aku yakin sebentar lagi kami akan diusir."
"Kami sebenarnya ingin membantu, namun keadaan ekonomi sekolah sedang terpuruk. Tapi Hafidh harus tetap sekolah karena ujian akhir sudah dekat." Demikianlah yang disampaikan kepala sekolah kepada ibu Hafidh.
Radit kemudian menawarkan rumahnya untuk dipinjamkan sampai mereka benar-benar ingin pindah dan berkata hanya itu yang bisa dia bantu. Keluarga Hafidh terlihat sangat bersyukur namun mereka bersikeras untuk pindah setelah ujian akhir.
Akhir cerita, Hafidh tetap ikut ujian akhir di SMP Pelita. Keluarga Hafidh menepati ucapannya dengan pindah setelahnya. Mereka mungkin tidak tahu bahwa Hafidh berhasil mendapat nilai tertinggi saat itu.
TAMAT
Komentar
Posting Komentar