Langsung ke konten utama

Sahabat - Bagian 13

Kepala sekolah kemudian menjawab bahwa Hafidh disleding kakinya. "Oleh siapa?" tanya Radit.



"Siswa disana cukup banyak, aku tidak dapat mengingat semuanya," jawab kepala sekolah. Sementara itu pak Dane kembali ke sekolah dengan mobilnya.



"Sebenarnya apa tujuanmu, Dah?" tanya kepala sekolah.



"Tujuanku adalah memusnahkannya sekaligus kau," ucap Bu Idah sambil menodong pistol.



Kepala sekolah merogoh sesuatu di saku beliau. "Ini kan, yang kau cari dulu?" tanya kepala sekolah sambil menunjukkan kalung emas dengan huruf I.



"Kalungku!" ucap Bu Idah. "Dimana kau menemukannya, bukankah kau menjualnya?" tanya bu Idah.



"Aku hanya menyimpannya," jawab sang suami.



Bu Idah tetap marah dan menarik paksa kalung itu. Dia kemudian masuk mobil kemudian pergi. Bahkan dia meninggalkan Izul.



***



Hafidh dibawa kembali ke UKS dan mendapat hadiah sebuah tongkat yang membantunya berjalan.



Izul merasa bersalah atas hal tersebut. "Maafkan aku ya, Fidh!" ucapnya.



"Seharusnya aku yang minta maaf," jawab Hafidh sambil tersenyum. "Aku tidak bermaksud merebut sahabatmu."



***



Hafidh sekarang berada di rumahnya. Dia bercerita tentang cederanya yang kambuh lagi, sementara ibunya memberitahu bahwa mereka harus pindah rumah.



BERSAMBUNG

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Kembali!

Halo!  @mnafisalmukhdi1  disini. Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja.  Ada kabar bagus nih untuk blog ini! Aku kembali! Ya, setelah sekian lama aku tidak memposting apapun sama sekali dalam blog ini, kembali menghidupkannya adalah pilihan terbaik. Rencana utama dari kembalinya aku adalah merevisi total semua cerita yang ada di blog ini. Dukung aku selalu. Salam.

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai ...

Semakin - Season 2 - Episode 17

Episode 17 "Orang-orang ini adalah yang berkaitan dengan si remaja, kecuali si pria tua ini, dia adalah anak kita dimasa depan" kata si ibu "Oke" kata si ayah Allahu Akbar, Allahu Akbar Sudah terdengar azan ashar "Kami pulang dulu, ya" kata teman si remaja dan si gadis "Silahkan" kata si pria tua "Tunggu, kau tinggal disini?" kata si ayah "Tidak, aku juga punya rumah" kata si pria tua "Lantas, mengapa kau tetap disini?" kata si ayah "Aku sedikit bingung, orang yang sama, tapi sifatnya bisa berbeda, berbeda denganku, berbeda dengan si remaja" kata si pria tua "Ah sudahlah, aku pulang dulu" lanjut si pria tua "Oke" kata mereka Rumah menjadi sunyi "Nak, ayo bangun" kata si ibu Si anak pun bangun. "Ada apa" kata si anak "Sudah Ashar" kata si ibu Si anak pun pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah itu si ayah. Si anak shalat di kamarnya, setelah shalat dia kemb...