Langsung ke konten utama

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 4

“Tunggu, Doùlos?” tanya Evdaimonía yang terlihat mulai marah.



“Apa yang sudah dia lakukan?” tanya Ergodótis balik.



Evdaimonía menjelaskan semuanya. “Bocah bajingan itu sudah membunuh suamiku dan mengancamku agar menjadi ratu padahal semuanya mengetahui peraturan yang tertulis di kitab Agios melarangku. Beruntungnya masyarakatku mendukung.”



“Semenjak dia menjadi raja di negara api, negara lain bersikeras untuk tidak mau berhubungan lagi. Lihatlah siapa yang sekarang membantu kalian? Kami bukan?!" Suara Evdaimonía bernada kencang. Dia benar-benar marah.



Dia mencoba menenangkan diri karena teringat dengan isi kitab Agios. Kitab Agios secara umum berisikan legenda dan peraturan. Negara api dan air menganut kepercayaan dimana harus mematuhi segala peraturan dalam kitab tersebut sehingga sesuatu yang buruk tidak terjadi akibat banyaknya pelanggaran.



“Bagaimana dengan Gynaíka?” Maksud Evdaimonía adalah ratu api. Suaranya mulai pelan namun tegas dan dapat didengar.



“Dia dan Kalòs suaminya juga dibunuh. Aku merasa ini salahku.” Ucapan Ergodótis cukup mengejutkan Evdaimonía.



“Apa maksudmu dengan hal tersebut?”



“Dulu saat aku menjadi majikannya, dia diperlakukan secara kejam. Menyewakannya kepada dua kerajaan sekaligus demi mendapatkan uang. Sekarang, dia membalasnya dengan menjadikanku pelayan di kerajaan.”



***



Suara cambukan itu terdengar keras. Doùlos hanya bisa merasakannya dengan dirinya bersimpuh tak berdaya. Ergodótis memaksakan kehendaknya berlebihan.



Sampai suatu saat, ide untuk membunuh raja agar dia yang memimpin terlintas di kepalanya. Niat utamanya adalah balas dendam terhadap majikannya.



Nyatanya, dia menyalahgunakan kekuasaannya. Masyarakat negara api yang dipimpinnya tidak terlihat bahagia. Kekecewaan bisa dirasakan oleh mereka.



Raja yang baru, diangan-angan lebih baik ternyata merugikan mereka seluruhnya sedangkan mereka tidak bisa melawan apalagi membangkang.



Tidak jarang masyarakat negara api meminta bantuan kepada negara air. Semua ini karena keputusan Gennaíos untuk memperbolehkan hal tersebut terjadi.



***



Evdaimonía kemudian turun singgasana dan pergi mengambil setangkai anggur yang terlihat matang. Dia kemudian meminta Ergodótis untuk menunggu karena dia menyertakan sepucuk surat tulisannya.



“Serahkan ini kepada "raja"mu! Dia seharusnya menyesal melakukan tindakan sekejam itu.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 10

Sekarang, pria bertopeng itu berada di area peperangan. Dia membawa busur dan panah miliknya, mengambil di pohon yang puncaknya sudah terbakar akibat tersambar petir. Terompet ditiupkan, suaranya menggema. Peperangan dimulai dan dengan biadabnya para prajurit negara api menyerang lebih dahulu. Suara pedang beradu mericuhkan suasana. Pria bertopeng juga menarik pedang dari sabuknya dan mulai bertarung. Doúlos sedang berada di puncak benteng merasa khawatir karena melihat prajuritnya berguguran di tangan pria bertopeng itu. Dia membuka sebuah buku di tangannya. Sepertinya mengandung mantra yang sering digunakan mendiang Kalós. “Kaíne to!” Sebuah panah mengenai mahkota Kalós dan jatuh dari atas benteng. Fotía ternyata berada di sana dan berhasil menangkapnya kemudian berlari. Doúlos melepas perisai wajahnya untuk ke bawah, “Rupanya kamu!” Dia mencoba untuk memerintahkan pasukannya menyerang Fotía yang mencoba berlari....

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai ...

Aku Kembali!

Halo!  @mnafisalmukhdi1  disini. Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja.  Ada kabar bagus nih untuk blog ini! Aku kembali! Ya, setelah sekian lama aku tidak memposting apapun sama sekali dalam blog ini, kembali menghidupkannya adalah pilihan terbaik. Rencana utama dari kembalinya aku adalah merevisi total semua cerita yang ada di blog ini. Dukung aku selalu. Salam.