Langsung ke konten utama

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 3

“Pelayan!” teriak Doùlos di atas singgasana. Suaranya menggema di seluruh istana.



Seorang pelayan berlari menujunya. Namanya Ergodótis, mirisnya dia adalah majikan Doùlos saat dia diperbudak. Sekarang keadaan terbalik.



“Ada apa paduka raja?” tanya pelayan tersebut.



“Mana lagi anggurnya?” tanya Doùlos balik sambil memegang sebuah cangkir dari kristal. Dia terlihat marah.



“Sudah habis.”



“Cari lagi!”



Ergodótis kemudian pergi keluar istana dan menaiki kuda, berkendara menuju perbatasan dengan koin seadanya yang diberi sang raja.



Setibanya disana, dia terkejut karena toko Gennaíos hancur, dimana dia adalah penjual anggur paling bagus yang semua orang tahu.



“Apa yang terjadi dengan toko ini? Kenapa hancur?” tanya Ergodótis kebingungan.



“Dia yang menjual anggur disini sudah lama pergi. Sesuai peraturan raja api sekarang, siapapun yang sudah lama tidak berdagang maka tokonya harus dihancur. Kami hanya mengerja perintah.”



Ergodótis melihat sebuah toko lain di dekatnya, namun yang pasti anggur disana berbeda, dari kualitas dan harganya sudah tidak sebanding.



“Apa? Setangkai seratus koin?” tanya Ergodótis tidak percaya.



“Penjual yang itu menjual dengan harga dua puluh lima koin dan hasilnya bagus pula.” Ergodótis hanya bisa bergumam.



Dia kembali ke istana dengan dua tangkai kemudian memerasnya dan langsung menyerahkan kepada Doùlos. Doùlos hanya meminumnya satu hirupan dan langsung meludahkannya.



“Apa ini? Ini tidak seperti biasanya.”



Barulah Ergodótis bercerita tentang apa yang terjadi. Doùlos kemudian memerintahkan untuk mengambil anggur yang bagus di negara air.



Ergodótis kembali berkendara dengan tujuan yang sudah ditentukan. Dia melihat sebuah kebun anggur yang menurutnya bagus kemudian memetik beberapa. Dia mengambil dan menyembunyikannya dalam sebuah kantong.



Ergodótis kedapatan oleh masyarakat negara air dan dikepung. Ringkasnya, dia berhasil tertangkap dan dibawa ke istana. Seorang masyarakat menjelaskan apa yang terjadi secara singkat.



“Seandainya Gennaíos ada disini, mungkin dia tidak akan memaafkanmu juga,” gumam Ratu Evdaimonía.



“Apa yang membuatmu mencuri anggur kami?” tanya Ratu. Kali ini dia mengeraskan suaranya.



“Raja Doùlos yang menyuruh saya.”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Kembali!

Halo!  @mnafisalmukhdi1  disini. Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja.  Ada kabar bagus nih untuk blog ini! Aku kembali! Ya, setelah sekian lama aku tidak memposting apapun sama sekali dalam blog ini, kembali menghidupkannya adalah pilihan terbaik. Rencana utama dari kembalinya aku adalah merevisi total semua cerita yang ada di blog ini. Dukung aku selalu. Salam.

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai ...

Semakin - Season 2 - Episode 17

Episode 17 "Orang-orang ini adalah yang berkaitan dengan si remaja, kecuali si pria tua ini, dia adalah anak kita dimasa depan" kata si ibu "Oke" kata si ayah Allahu Akbar, Allahu Akbar Sudah terdengar azan ashar "Kami pulang dulu, ya" kata teman si remaja dan si gadis "Silahkan" kata si pria tua "Tunggu, kau tinggal disini?" kata si ayah "Tidak, aku juga punya rumah" kata si pria tua "Lantas, mengapa kau tetap disini?" kata si ayah "Aku sedikit bingung, orang yang sama, tapi sifatnya bisa berbeda, berbeda denganku, berbeda dengan si remaja" kata si pria tua "Ah sudahlah, aku pulang dulu" lanjut si pria tua "Oke" kata mereka Rumah menjadi sunyi "Nak, ayo bangun" kata si ibu Si anak pun bangun. "Ada apa" kata si anak "Sudah Ashar" kata si ibu Si anak pun pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah itu si ayah. Si anak shalat di kamarnya, setelah shalat dia kemb...