Minggu, 26 Juli 2020

Sahabat - Bagian 2

Mereka berbicara sebentar sampai satu orang datang. "Hai Dit," sapa orang itu.



"Hai Zul," jawab Radit.



Hafidh pun menengok orang itu, kemudian bertanya kepada Radit, "Siapa dia?"



"Dia Izul, teman sebangkuku dulu di SD."



Izul pun mendekat kepada mereka, kemudian menjabat tangan Hafidh dan berkata, "Perkenalkan, namaku Izul."



"Namaku Hafidh, senang berkenalan denganmu," sambut Hafidh dengan wajah tersenyum.



"Kok masih sepi?" tanya Izul yang melepas jabatan tangan.



"Entahlah, mungkin kita terlalu pagi datang kesini," jawab Radit.



"Mungkin saja." kata Izul



***



"Selamat pagi, anak-anak!" sapa kepala sekolah SMP Pelita di atas panggung kecil.



Upacara sedang berlangsung dan sudah sampai pada acara pengumuman.



"Seperti yang kita tahu, sekarang kita memasuki tahun ajaran baru. Tahun ini murid yang memasuki sekolah ini lebih banyak dari tahun sebelumnya. Jadi para kakak kelas, harap lebih ramah kepada murid-murid baru," ucap sang kepala sekolah.



"Siap, pak!" sahut para siswa kelas sembilan.



"Demikian pengumuman saya sampaikan. Setelah ini, kalian langsung masuk ke kelas untuk penentuan tempat duduk." Kepala sekolah menengok komandan dan mengangguk, isyarat menyuruh untuk membubarkan barisan



"Tanpa Penghormatan, Bubar Barisan, Jalan!" perintah sang komandan upacara dengan suara lantang.



***



Seorang ibu guru memasuki kelas tujuh untuk menentukan tempat duduk. Hafidh duduk bersebelahan dengan Radit dimana mereka duduk paling belakang di barisan tengah, sedangkan di depan mereka Izul duduk dengan seorang murid bernama Atep.



Beliau memberitahukan bahwa hanya itu kegiatan sekolah hari ini dan para siswa kelas tujuh akan dipulangkan setelah pembagian jadwal pelajaran. Mereka begitu bahagia mendengar hal tersebut.



***



"Assalamu ‘alaikum," ucap Hafidh memasuki rumahnya.



"Wa ‘alaikumussalam warahmatullah," jawab ibu Hafidh. "Kok cepat sekali pulangnya?"



"Iya nih bu, namanya juga hari pertama sekolah, lebih awal karena belum ada yang dipelajari."



Hafidh dan ibunya tidak menyangka kebijakan sekolah akan seperti itu. Hafidh kemudian meletakkan tas di meja belajar, pergi ke kamarnya dan langsung berbaring.



"Hm, mungkin murid-murid SMP itu agamanya memang beragam." Hafidh berbicara kepada dirinya sendiri. "Pantesan kepala sekolah tidak mengucapkan salam. Mungkin untuk menghargai semuanya."



Pintu rumah Hafidh diketuk oleh seseorang yang meneriakkan namanya. Hafidh pergi membukakan pintu meskipun masih memakai seragam sekolah. "Eh, Radit!"



Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 10

Sekarang, pria bertopeng itu berada di area peperangan. Dia membawa busur dan panah miliknya, mengambil di pohon yang puncaknya sudah terbak...