Langsung ke konten utama

Sahabat - Bagian 1

19 Juli 2012 - Hari ini adalah hari pertama sekolah.



Pukul lima pagi, Hafidh sudah bangun. Setelah mandi, makan dan mempersiapkan diri, dia langsung saja pergi ke sekolah. Hafidh menyangka dia adalah orang yang paling cepat datang ke sekolah, ternyata tidak karena sudah ada satu orang disana.



SMP Pelita, adalah sekolah pilihan Hafidh. Sekolah yang tidak begitu jauh dengan rumahnya. Dengan sepeda kesayangannya, dia pergi pagi-pagi.



"Halo, apakah kamu akan sekolah disini?" tanya Hafidh kepada orang yang datang lebih awal tadi.



"Tentu saja," jawab orang tersebut.



"Boleh kenalan?"



"Boleh! Namaku Radit, namamu siapa?" tanya seorang remaja bernama Radit itu.



"Namaku Hafidh. Ngomong-ngomong rumahmu dimana?”



"Rumahku tidak jauh kok, di tepi sungai itu." Hafidh mengangguk.



"Bagaimana dengan rumahmu, Fidh?"



"Itu, di dekat jalan disana," tunjuk Hafidh.



"Kalau rumahmu juga dekat, bagaimana kalau kita saling mengunjungi rumah?"



"Bisa."



Itulah awal pertemanan Hafidh dan Radit. Sejak saat itu, mereka menjadi sahabat untuk selamanya.



Bersambung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Kembali!

Halo!  @mnafisalmukhdi1  disini. Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja.  Ada kabar bagus nih untuk blog ini! Aku kembali! Ya, setelah sekian lama aku tidak memposting apapun sama sekali dalam blog ini, kembali menghidupkannya adalah pilihan terbaik. Rencana utama dari kembalinya aku adalah merevisi total semua cerita yang ada di blog ini. Dukung aku selalu. Salam.

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai ...

Semakin - Season 2 - Episode 17

Episode 17 "Orang-orang ini adalah yang berkaitan dengan si remaja, kecuali si pria tua ini, dia adalah anak kita dimasa depan" kata si ibu "Oke" kata si ayah Allahu Akbar, Allahu Akbar Sudah terdengar azan ashar "Kami pulang dulu, ya" kata teman si remaja dan si gadis "Silahkan" kata si pria tua "Tunggu, kau tinggal disini?" kata si ayah "Tidak, aku juga punya rumah" kata si pria tua "Lantas, mengapa kau tetap disini?" kata si ayah "Aku sedikit bingung, orang yang sama, tapi sifatnya bisa berbeda, berbeda denganku, berbeda dengan si remaja" kata si pria tua "Ah sudahlah, aku pulang dulu" lanjut si pria tua "Oke" kata mereka Rumah menjadi sunyi "Nak, ayo bangun" kata si ibu Si anak pun bangun. "Ada apa" kata si anak "Sudah Ashar" kata si ibu Si anak pun pergi ke kamar mandi untuk mandi. Setelah itu si ayah. Si anak shalat di kamarnya, setelah shalat dia kemb...