Langsung ke konten utama

Sahabat - Bagian 12 (Edisi Spesial)

"Sudah kubilang, aku tersandung" kata Hafidh

"Sudah kubilang juga, kau jangan berbohong, Fidh" kata kepala sekolah

"Apa maksud anda, pak kepala?" kata Radit

"Mr. Dane, tell him that Hafidh was tackled" kata kepala sekolah

"Anda tidak perlu menerjemahkan nya, pak Dane" kata Radit

"Apa maksudmu?" kata pak Dane

"Walau kami baru berteman 2 tahun setengah, tapi kami sudah berbagi banyak hal"

"Termasuk Bahasa Inggris"

"Aku paham, bahwa dia di-tackle"

"Pertanyaanku hanya satu, oleh siapa?" tanya Radit

"Siswa disana cukup banyak, aku tidak dapat mengingat semuanya" kata kepala sekolah

Kepala Sekolah pun berdiri

"Tunggu sebentar" kata pak Dane

Pak Dane mengambil sesuatu di bagasi mobilnya

.

"Sebenarnya apa tujuanmu, Dah?" tanya Kepala Sekolah

"Tujuanku adalah memusnahkannya sekaligus kau" kata Bu Idah sambil menodong pistol lagi

"Tunggu juga sebentar" kata Kepala Sekolah

Kemudian, Kepala Sekolah merogoh sesuatu di saku beliau

"Ini kan, yang kau cari dulu" kata Kepala Sekolah sambil menunjukkan kalung emas dengan huruf I

"Kalungku" kata Bu Idah

"Dimana kau menemukannya, bukankah kau menjualnya?" tanya bu Idah

"Hah?" kata Hafidh dan Radit

.

Pak Dane masih mencari sesuatu di bagasi mobilnya. Tiba-tiba, adiknya datang.

"Adikku" kata Pak Dane sambil langsung memeluknya

"Biarkan aku bicara dengan mereka" kata adik Pak Dane

"Silahkan, lagipula aku masih mencari sesuatu di bagasi mobilku" kata Pak Dane

.

"Fidh, lihat. Pak Dane memeluk seseorang" kata Radit

"Aku yakin itu adik beliau" kata Hafidh

"Hm?" kata Kepala Sekolah sambil menengok ke arah pandangan Radit

.

"Bu, lempar senjata anda kesini" kata adik Pak Dane

Izul pun mengambil pistol ibunya dan menembak ke arah adik Pak Dane.

"Dorr"

Hebatnya adik Pak Dane dapat menghindar, kemudian berteriak "Kak, awas!"

Pak Dane pun refleks mundur, dan

"Prang"

Ternyata pelurunya mengenai kaca

"Ah, ketemu!. Akhirnya.." kata pak Dane

"Terimakasih atas tembakan tadi" teriak Pak Dane

"Hah?" kata Bu Idah

Adik pak Dane pun mengambil pistol dari tangan Izul dengan kelincahannya dan langsung mengamankannya

"Siapa dia?" kata Izul

"Lama tidak bertemu, tuan detektif" kata Kepala Sekolah

.

"Biar kutebak, sebenarnya kalung yang anda pegang itu sama sekali tidak anda jual. Anda hanya mengambilnya" kata adik Pak Dane

"Lucunya, itu mengakibatkan perceraian" kata Kepala Sekolah

Bu Idah pun tiba-tiba berlutut dan berkata "Astaghfirullah"

"Tunggu, anda Islam?" kata Hafidh

"Ya" kata Bu Idah

"Berarti, aku bukan satu-satunya murid Islam disini" kata Hafidh

"Sebenarnya, saya juga islam. Saya mengambil kalung itu untuk mengubah sesuatu. Huruf I itu malah mirip salib" kata kepala sekolah

"Saya juga islam" kata Radit

Kepala Sekolah pun menengok Radit

"Ceritanya panjang. Intinya saya dipaksa, namun saya sering berbohong" kata Radit

"Biar ku tebak, kau dipaksa orang tua angkatmu untuk masuk kristen, padahal kau terlahir islam, dan bahkan sampai umur 7 tahun. Tapi karena orang tua kandungnya menghilang, ada sepasang suami-istri yang mengangkat dia jadi anaknya" kata adik pak Dane

"Kau memang detektif ya" kata Radit

.

"Nah Fidh, hadiah dari bapak" kata pak Dane sambil membawa kursi roda

Radit pun mengangkat Hafidh dan mendudukkannya di kursi roda tersebut

"Terimakasih, Dit" kata Hafidh

"Sama-sama" kata Radit sambil tersenyum

"Darimana anda mendapatkan kursi roda ini?" tanya Hafidh

"Aku mendapatkan gratis dari rumah sakit" kata pak Dane

"Dia dulu tertembak, saat masih di Amerika Serikat. Pelakunya ternyata teman sendiri" kata adik pak Dane

"Aku jadi iri sama kalian, Hafidh dan Radit" kata pak Dane

.

"Maafkan aku ya, Fidh" kata Izul

"Tentu" kata Hafidh sambil tersenyum

.

Tiba-tiba ponsel Hafidh berdering, dia pun langsung mengangkatnya

"Nak, segeralah pulang, kita hari ini pindah rumah" kata Ibu Hafidh

"Tapi bagaimana sekolahku?" kata Hafidh dengan suara pelan

"Berhentilah, lagipula sekolah itu angker" kata Ibu Hafidh

"Baiklah" kata Hafidh dengan suara pelan lagi

.

"Rumah sedekat ini, bawa ponsel?" kata Radit

"Ibuku yang menyuruh, beliau berkata agar aku bisa menghubungi beliau jika cederaku kambuh lagi" kata Hafidh

.

"Oh ya, aku pulang dulu" kata Bu Idah

"Silahkan" kata Kepala Sekolah

Bu Idah pun kembali menaiki helikopter sambil memasang kalung tadi

.

"Oh ya pak kepala sekolah, saya ingin berhenti dari sekolah ini" kata Hafidh

"Hah?" kata pak Dane dan Kepala Sekolah

"Kenapa?" kata Kepala Sekolah

"Kami harus pindah" kata Hafidh

"Baiklah, kami harap kami bisa bertemu lagi denganmu" kata Pak Dane

"Tentu" kata Hafidh

.

BERSAMBUNG

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 10

Sekarang, pria bertopeng itu berada di area peperangan. Dia membawa busur dan panah miliknya, mengambil di pohon yang puncaknya sudah terbakar akibat tersambar petir. Terompet ditiupkan, suaranya menggema. Peperangan dimulai dan dengan biadabnya para prajurit negara api menyerang lebih dahulu. Suara pedang beradu mericuhkan suasana. Pria bertopeng juga menarik pedang dari sabuknya dan mulai bertarung. Doúlos sedang berada di puncak benteng merasa khawatir karena melihat prajuritnya berguguran di tangan pria bertopeng itu. Dia membuka sebuah buku di tangannya. Sepertinya mengandung mantra yang sering digunakan mendiang Kalós. “Kaíne to!” Sebuah panah mengenai mahkota Kalós dan jatuh dari atas benteng. Fotía ternyata berada di sana dan berhasil menangkapnya kemudian berlari. Doúlos melepas perisai wajahnya untuk ke bawah, “Rupanya kamu!” Dia mencoba untuk memerintahkan pasukannya menyerang Fotía yang mencoba berlari....

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai ...

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 8

Pria itu bersiul memanggil kudanya. Seekor kuda putih berlari mengejar pria itu. Mereka terus berlari sampai sang pria menaiki kudanya. “Aku merasa pernah melihat kuda itu, tapi milik siapa?” tanya seorang warga dari negara air. *** Fotiá sedang di kamar, menyisir rambutnya. Tiba-tiba seseorang pria mendobrak pintunya dan masuk. Fotia akan berteriak namun mulutnya ditutup. “Tenanglah, kamu mengenalku.” Dia adalah pria yang berlari tadi. Entah bagaimana caranya bisa mencapai istana api. Dia membersihkan dedaunan di wajahnya dan Fotiá terlihat kaget. “Kenapa kamu ada disini?” “Aku ingin berlindung sebentar. Dimana ayahmu?” “Ayahku meninggal, dibunuh Doulós. Sekarang dia mengangkat dirinya sendiri sebagai raja.” Fotiá terlihat sangat marah. “Aku turut berduka cita. Dimana dia?” “Benteng,” jawab Fotiá singkat. “Apa yang dia lakukan disana?” “Perang dengan ...