Langsung ke konten utama

Sahabat - Bagian 11

Izul pun (ceritanya) memeluk ibunya, dia seperti berbicara kepada ibunya sambil menujuk Hafidh. Radit pun menyadari sesuatu, kemudian dia berbisik kepada Hafidh.

"Nyawamu sepertinya terancam lagi" bisik Radit

"Apa maksudmu?" balas Hafidh

"Mereka sepertinya merencanakan sesuatu yang buruk kepadamu" bisik Radit lagi sambil memandang Izul

Tiba-tiba, di belakang mereka sudah ada Kepala Sekolah

"Mengapa dia ada disini" kata Kepala Sekolah

"Apa maksud bapak?" tanya Radit

"Kami sudah lama bercerai bahkan kami sampai pisah rumah. Sudah lama Izul ikut bapak, tapi beberapa bulan ini, bapak merasa ada yang aneh, ternyata Izul lebih memihak ibunya yang jahat entah kenapa" kata Kepala Sekolah

"Sudah kubilang kan Fidh?" tanya Radit

Hafidh hanya mengangguk

Kepala Sekolah pun mendekati mereka

"Apa yang kau mau, Dah?" kata Kepala Sekolah

"Ya, aku hanya membalaskan anakmu" kata Bu Idah (Ibu Izul)

"Apa maksudmu?" tanya Kepala Sekolah heran

"Dia, sudah merebut teman sejak SD-ku, setelah itu kau Yah, kau lebih memihak dirinya daripada aku" kata Izul dengan nada tinggi

"Kamu tau mengapa aku lebih memihak dirinya, Zul?. Ngaca dulu deh" kata Kepala Sekolah

Izul pun terpicu, sepertinya begitu juga ibunya

'Dorr!'

Brakk

Tembakan pistol Bu Idah yang langsung menjatuhkan Kepala Sekolah

"Pak!" teriak Hafidh

Hafidh yang kakinya agak pincang tadi

- sebelumnya

Pukulan Izul yang keras sampai membuat Hafidh jatuh mundur tadi, ternyata saat mundur kemudian jatuh, Hafidh mencederai lututnya

Dulu di MIN Nusa Jaya (sekolah Hafidh dulu), saat kelas 6, Hafidh sudah pernah mencederai lututnya saat Turnamen Sepakbola

- Sekarang

mencoba untuk berlari mendekati Kepala Sekolah, namun cederanya kambuh dan dia langsung jatuh

"Fidh!" teriak Radit

Sekarang giliran Radit mendekati Hafidh

"Fidh, apakah kau tidak apa-apa?" tanya Radit

"Ya, aku tidak apa-apa, aku hanya tersandung" kata Hafidh

"Kau jangan bohong" kata Kepala Sekolah membangunkan diri

"Akting yang hebat, pak" kata Pak Dane mengacungkan jempol

"Wah, Pak Dane sudah tiba" kata Radit

"Terimakasih juga atas rompi anti peluru punyamu" kata Kepala Sekolah sambil membuka seragamnya, memperlihatkan peluru yang tertancap di rompi anti peluru

"Itu bukan punyaku, itu punya adikku" kata Pak Dane

"Bagaimana anda tahu saya bohong" kata Hafidh

"Apa?" kata Radit

"Maaf" kata Hafidh lagi

"Dulu, bapak adalah kepala sekolah di MIN Nusa Jaya. Saat itu, bapak mengadakan turnamen sepakbola antar kelas. Dan di Final, Hafidh mencederai lututnya" kata Pak Sekolah

"Tunggu, bagaimana bisa cedera?" tanya Radit

.

BERSAMBUNG

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 10

Sekarang, pria bertopeng itu berada di area peperangan. Dia membawa busur dan panah miliknya, mengambil di pohon yang puncaknya sudah terbakar akibat tersambar petir. Terompet ditiupkan, suaranya menggema. Peperangan dimulai dan dengan biadabnya para prajurit negara api menyerang lebih dahulu. Suara pedang beradu mericuhkan suasana. Pria bertopeng juga menarik pedang dari sabuknya dan mulai bertarung. Doúlos sedang berada di puncak benteng merasa khawatir karena melihat prajuritnya berguguran di tangan pria bertopeng itu. Dia membuka sebuah buku di tangannya. Sepertinya mengandung mantra yang sering digunakan mendiang Kalós. “Kaíne to!” Sebuah panah mengenai mahkota Kalós dan jatuh dari atas benteng. Fotía ternyata berada di sana dan berhasil menangkapnya kemudian berlari. Doúlos melepas perisai wajahnya untuk ke bawah, “Rupanya kamu!” Dia mencoba untuk memerintahkan pasukannya menyerang Fotía yang mencoba berlari....

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai ...

Aku Kembali!

Halo!  @mnafisalmukhdi1  disini. Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja.  Ada kabar bagus nih untuk blog ini! Aku kembali! Ya, setelah sekian lama aku tidak memposting apapun sama sekali dalam blog ini, kembali menghidupkannya adalah pilihan terbaik. Rencana utama dari kembalinya aku adalah merevisi total semua cerita yang ada di blog ini. Dukung aku selalu. Salam.