Langsung ke konten utama

Sahabat - Bagian 10

Tiba-tiba, Hafidh sadarkan diri. Radit pun kaget sampai terloncat mundur dan terbentur pintu
"Aduh" kata Radit
"Dimana aku...." tanya Hafidh
"Kau sedang di UKS, Fidh" kata Bu Anna
"Siapa yang membawaku kesini?" tanya Hafidh lagi
"Temanmu, Ibu tidak tau namanya" jawab Bu Anna
Hafidh pun bangun, dan melihat Radit di pintu sambil mengelus-ngelus punggungnya
"Kau ini, mengagetkanku saja" kata Radit sambil cemberut
"Hehe. Maaf. Tapi, terimakasih" kata Hafidh sambil tersenyum
Radit pun langsung tersenyum
Clak
Bunyi tetes darah yang terkena keramik lantai UKS
Hafidh pun menyentuh pipi kirinya dengan tangan kiri, dia melihat telapak tangannya penuh darah
"Tunggu sebentar" kata Bu Anna
Bu Anna membuka kotak P3K dan mengambil plester dan kapas. Bu Anna pun menyapukan kapas itu ke pipi kiri Hafidh, dan meletakkan plester di luka itu.
"Terimakasih" kata Hafidh
"Sama-sama" kata Bu Anna sambil tersenyum
.
Pak Dane dan Fajri sudah tiba di Kantor Polisi. Mereka pun memasukinya
"Ada yang bisa kami bantu?" kata orang yang bertugas disana
"Saya..." kata Pak Dane yang kemudian dipotong oleh Fajri
"Saya mau menyerahkan diri atas percobaan pembunuhan di SMP Pelita" kata Fajri
Pak Dane pun sangat kaget sambil menengok Fajri dan berkata "Fajri?". Dan Fajri hanya tersenyum
"Ada bukti?" kata Kepala Polisi yang tiba-tiba datang
Fajri pun mengeluarkan pistolnya, dan meletakkannya di atas meja pelayanan. Dia pun berlutut, dan mengangkat kedua tangannya. Kepala Polisi pun mengambil alih, diapun membawa Fajri ke Sel Tahanan disana.
.
"Ayo, kita kembali ke kelas" kata Hafidh
"Ayo!" jawab Radit
Mereka pun kembali ke kelas, Hafidh berjalan dengan agak pincang.
"Ada apa denganmu?" tanya Radit
"Bukan apa-apa" kata Hafidh
Terdengar suara yang cukup aneh, mereka pun mendekati lapangan yang memang dekat dengan UKS. Mereka menengok ke atas, dan ternyata ada helikopter yang akan mendarat. Angin deras pun menerpa, dan mendaratlah helikopter itu.
Dari kejauhan, ada seseorang berlari. Itu Izul, sambil berteriak "Ibu!"
"Hah?" kata Hafidh dan Radit
- Sebelumnya
Izul melarikan diri dari dalam kelas. Sebenarnya, dia bersembunyi di WC. Dia mengeluarkan ponselnya, dan menelpon ibunya. Mungkin dengan ajaibnya, ponsel ibunya masih hidup walau setelah dibanting
"Ya, ada apa?" kata Bu Idah (Ibu Izul)
"Bu, rencana ibu gagal." kata Izul
"Ya, ibu tau" kata Bu Idah
"Tapi aku ada rencana B, ingat?" kata Izul sambil tersenyum
"Oh iya" kata Bu Idah
"Sementara itu, kita akan bekerja sama mengganggu orang yang menggagalkan rencana kita" kata Izul
.
BERSAMBUNG

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 10

Sekarang, pria bertopeng itu berada di area peperangan. Dia membawa busur dan panah miliknya, mengambil di pohon yang puncaknya sudah terbakar akibat tersambar petir. Terompet ditiupkan, suaranya menggema. Peperangan dimulai dan dengan biadabnya para prajurit negara api menyerang lebih dahulu. Suara pedang beradu mericuhkan suasana. Pria bertopeng juga menarik pedang dari sabuknya dan mulai bertarung. Doúlos sedang berada di puncak benteng merasa khawatir karena melihat prajuritnya berguguran di tangan pria bertopeng itu. Dia membuka sebuah buku di tangannya. Sepertinya mengandung mantra yang sering digunakan mendiang Kalós. “Kaíne to!” Sebuah panah mengenai mahkota Kalós dan jatuh dari atas benteng. Fotía ternyata berada di sana dan berhasil menangkapnya kemudian berlari. Doúlos melepas perisai wajahnya untuk ke bawah, “Rupanya kamu!” Dia mencoba untuk memerintahkan pasukannya menyerang Fotía yang mencoba berlari....

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai ...

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 8

Pria itu bersiul memanggil kudanya. Seekor kuda putih berlari mengejar pria itu. Mereka terus berlari sampai sang pria menaiki kudanya. “Aku merasa pernah melihat kuda itu, tapi milik siapa?” tanya seorang warga dari negara air. *** Fotiá sedang di kamar, menyisir rambutnya. Tiba-tiba seseorang pria mendobrak pintunya dan masuk. Fotia akan berteriak namun mulutnya ditutup. “Tenanglah, kamu mengenalku.” Dia adalah pria yang berlari tadi. Entah bagaimana caranya bisa mencapai istana api. Dia membersihkan dedaunan di wajahnya dan Fotiá terlihat kaget. “Kenapa kamu ada disini?” “Aku ingin berlindung sebentar. Dimana ayahmu?” “Ayahku meninggal, dibunuh Doulós. Sekarang dia mengangkat dirinya sendiri sebagai raja.” Fotiá terlihat sangat marah. “Aku turut berduka cita. Dimana dia?” “Benteng,” jawab Fotiá singkat. “Apa yang dia lakukan disana?” “Perang dengan ...