Langsung ke konten utama

Sahabat - Bagian 4

Bagian 4



Belum sempat dia membuka pintu kelasnya, sudah terdengar keributan dari dalam kelas

"Mungkin sudah benar kata Hafidh, kelas macam apa ini" kata Radit bicara pada dirinya sendiri

Radit pun mengintip sebentar suasana kelas dari jendela, terlihat Hafidh sedang dimarahi guru

Tiba-tiba, terlintas ide di kepala Radit

"Brak"

Radit membuka pintu dengan tiba-tiba

Dia melihat Hafidh, Hafidh menganggukkan kepalanya.

Kemudian Radit kembali ke bangkunya dengan guru yang masih ada disana

"Kau satu-satunya yang beragama Islam disini, Fidh" kata guru

"Darimana anda tau?" tanya Hafidh

"Dari namamu" kata guru

"Terus, ada apa emangnya kalau aku satu-satunya yang beragama Islam disini?. Apakah anda marah?" tanya Hafidh lagi

"Saya tidak marah, cuman saya memperingatkan, hati-hati di bully" kata guru

"Hei semuanya, Hafidh ini agamanya Islam" lanjut guru dengan muka jahat dan berteriak

Semuanya memasang muka ketakutan, kecuali Radit

Kemudian guru berjalan ke tempat duduk beliau, sambil menengok seorang siswi dan berkedip

Muka Radit pun tiba-tiba berubah jadi masam. Kemudian Hafidh yang tadinya bosan kemudian berkata kepada Radit, "Kenapa mukamu seperti itu, kau sedang marah, marah karena aku?"

"Tidak Fidh, hanya saja guru itu berusaha menjatuhkan dirimu, ya, karena kamu kan yang paling cerdas disini" kata Radit dengan suara pelan

"Buktinya beliau tadi mengedipkan mata ke salah satu siswi disana" lanjut Radit sambil menengok ke kanan

"Terus?" kata Hafidh

"Kurasa itu anak beliau Fidh" kata Radit

"Owh, aku sudah paham" kata Hafidh

"Aku hanya berharap mereka dapat balasannya segera" kata Radit

"Hei, tidak boleh sepeti itu, Dit. Dalam ajaran Islam, tidak diperbolehkan mendoakan orang lain yang buruk-buruk" kata Hafidh

"Terus, apakah akan dibiarkan saja?" tanya Radit

"Tidak, mereka akan dapat balasan?. Ya, tapi tidak hari ini Dit. Nanti suatu hari di masa yang mendatang. Aku menyebutnya, Hari Kiamat" kata Hafidh

"Apa? Harus menunggu selama itu? Yang benar saja!" kata Radit

"Dendam itu tidak baik, jadi bersabar saja, malahan orang sabar itu disayang Tuhan" kata Hafidh

"Owh" kata Radit

"Ajaran Islam indah juga" lanjut Radit

"Ya iyalah" kata Hafidh sambil berkedip

Kemudian pintu kelas terbuka, ternyata itu guru Bahasa Inggris

Kemudian guru yang tadinya tidur-tiduran, terbangun karena kaget, kemudian langsung berlari keluar

"Katanya sakit.... Kok bisa lari" kata Hafidh bicara pada dirinya sendiri

"Good Morning, My Student" kata guru Bahasa Inggris

"Good Morning, sir" kata para murid

"How are you today" kata guru Bahasa Inggris

"I'm fine, and you?" kata para murid

"I'm fine too, thank you" kata guru Bahasa Inggris

"Apakah masuk Islam itu susah" tanya Radit kepada Hafidh secara tiba-tiba

"Maksudmu?" kata Hafidh

Bersambung

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aku Kembali!

Halo!  @mnafisalmukhdi1  disini. Bagaimana kabarnya? Semoga baik-baik saja.  Ada kabar bagus nih untuk blog ini! Aku kembali! Ya, setelah sekian lama aku tidak memposting apapun sama sekali dalam blog ini, kembali menghidupkannya adalah pilihan terbaik. Rencana utama dari kembalinya aku adalah merevisi total semua cerita yang ada di blog ini. Dukung aku selalu. Salam.

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 7

Sayembara baru diadakan oleh Evdaimonía. Jika anaknya mendapat gelar wanted, maka pria bertopeng ironisnya menjadi most wanted dengan hadiah yang lebih besar. Kabar tersebut terdengar oleh sang ahli tafsir. “Mana mungkin dia bisa dicari, apalagi dengan cara itu.” Dia hanya menggantungkan kunci yang dilempar sang ratu di dinding. Evdaimonía fokus membaca kitab Agios. Mencari tulisan yang bisa membantu mereka. “Seandainya Filikòs dan Gynaíka masih hidup, mereka tidak akan mengadakan perang.” “Kurasa ini salahku yang ingin memberi pelajaran kepada Doúlos namun malah mencelakakan rakyatku.” *** Benteng yang dibangun oleh panglima negara api mulai berdiri. Perang belum dimulai secara resmi, namun mereka sudah melempari semua toko di pasar dengan batu yang besar sehingga hancur. Tentunya hal itu melanggar adab peperangan yang juga tertulis dalam kitab Agios. Zeus sang dewa seolah marah. Hari mulai mendung. Nampaknya badai akan terjadi. Benar saja, hujan deras menghujam tanah. Petir menyambar

Pria Bertopeng dari Surga - Bagian 5

Ergodótis kembali ke istana dengan membawa setangkai anggur yang diberikan oleh Evdaimonía. “Hanya setangkai?” tanya Doùlos. “Bersyukurlah karena aku tidak dibunuh sang ratu.” Ergodótis pergi untuk membuatkan minuman dari anggur itu. Doùlos hanya menerima yang sudah jadi, padahal dia bisa saja memakan langsung. Minuman itu jadi namun warnanya lebih pudar dari biasanya. “Bukankah anggur ini sudah matang?” Ergodótis masih bersangka baik. Sebelum menyerahkan kepada sang raja, dia membuka surat yang disembunyikannya sebelumnya. Setelah membaca, dia memahami maksud Evdaimonía. Di satu sisi, dia senang dengan kejutan yang diberikan oleh ratu air ini. Di sisi lainnya, dia harus menanggung risiko dimana yang terbesar adalah dibunuh di tempat. Gelas kristal baru, berisikan anggur diserahkan kepada Doùlos. Dia minum dan langsung menyemburkannya tepat ke wajah Ergodótis. “Apaan ini? Asam!” Anggur itu telah diberi mantra oleh Evdaimonía. Sebenarnya anggur itu belum matang secara sempurna namun man